SENTUL, BOGOR (20 Februari 2020) - Di bawah guyuran hujan yang cukup deras, Menteri Sosial Juliari P. Batubara membakar semangat personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk terus berkarya membantu korban bencana di Indonesia.
"Saya bangga melihat persiapan pelatihan yang dilakukan karena ini semua bukan untuk kita. Kalian adalah orang-orang terpilih untuk mengikuti pelatihan ini. Dengan kesiapsiagaan yang lebih, didukung dengan mitra-mitra kerja Kementerian Sosial, saya yakin akan lebih banyak jiwa yang terselamatkan," ungkap Mensos saat mengunjungi lokasi Pelatihan Penjenjangan Tagana Madya di Tagana Center, Sentul, Kamis (20/2).
Selain memberikan penanganan terhadap korban bencana, Mensos menghimbau para personel Tagana agar membekali dirinya dengan menajemen kesehatan.
"Ketika terjadi bencana, Kemensos lebih fokus kepada penanganan korban. Kesiapsiagaannya, tentunya, bagaimana dalam kondisi bencana, petugas kita bisa terampil mencegah jatuhnya lebih banyak korban atau mencegah korban menjadi lebih fatal," kata Mensos.
Setibanya di lokasi, Mensos langsung mengecek pos layanan kesehatan yang telah disiapkan Tagana. Bahkan, Mensos langsung melakukan tes kesehatan yang dilakukan oleh personel Tagana, mulai dari cek tekanan darah, cek berat dan tinggi badan, sampai cek kolesterol.
Pembekalan bidang kesehatan tersebut diperoleh Tagana melalui Pelatihan Penjenjangan Tagana bidang Manajemen Kesehatan Relawan. Keberadaan pos kesehatan relawan merupakan output dari pelatihan penjenjangan yang diperoleh Tagana, sekaligus sebagai wujud Tagana mampu memimpin dan memanage bidang kesehatan, atau minimal menjadi bekal untuk diri sendiri dan sesama Tagana, mengingat seringkali jumlah tenaga medis terbatas di lapangan.
"Yang namanya petugas, dia harus lebih sehat dari yang diselamatkan, kalo petugasnya dikit-dikit sudah bengek, ingusan, batuk-batuk, saya instruksikan komandannya untuk ganti saja dengan yang lebih sehat. Setuju ya? Siap ya?" ujar Mensos yang dijawab 'siap' secara serempak oleh sebanyak 60 calon Tagana Madya.
Selain itu, Mensos juga melihat simulasi pertolongan kepada korban dan memastikan kesiapan peralatan Tagana ketika berada dalam situasi bencana. Beberapa peralatan yang digunakan merupakan bantuan dari CHIBA Institute of Science (CIS) Jepang.
Mensos menekankan kelebihan penanganan bencana di Indonesia yang berbasis masyarakat. Bahkan, menurutnya, Jepang yang kerap dijadikan percontohan dalam hal kebencanaan, tidak memiliki petugas relawan bencana berbasis komunitas seperti Tagana di Indonesia.
Jadi, lanjutnya tidak ada gunanya ada Tagana jika mereka tidak dipersiapkan dengan baik.
"Indonesia ini tidak mungkin semuanya dilakukan oleh pemerintah. Karena bencana alam di Indonesia permanen dan kita punya Tagana, untuk itu, kesiapan mereka, kemampuan mereka, peralatan mereka juga harus kita perhatikan. Itu semua sangat berpengaruh pada semakin sedikitnya korban bencana alam di kemudian hari," terang Mensos.
Ditanya mengenai kesannya ketika memberikan arahan di bawah guyuran hujan, Mensos menyatakan senang, hal ini sekaligus untuk melatih kesiapan fisik personel Tagana.
"Ya, ini seru-seruan aja sama anak-anak Tagana, namanya petugas bencana, mereka memang harus dilatih kesiapsiagaannya, semangatnya, fisiknya juga. Saya kira ini hanya bagian kecil dari bentuk kesiapsiagaan mereka," jawabnya.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Sosial korban Bencana Alam (PSKBA), Rachmat Koesnadi mangatakan Penjenjangan Tagana Madya bidang Manajemen Kesehatan Relawan ini baru pertama kali dilakukan dengan melibatkan dukungan pemateri dari lembaga/organisasi dunia antara lain CIS Jepang, UN-OCHA, WFP, RedR, UNICEF hingga IOM.
Dalam laporannya, Rachmat menyebut jumlah total personel Tagana sudah mencapai 38 ribu, berikut penjenjangannya mulai dari Tagana Muda, Madya hingga Utama.
"Hingga tahun 2020, jumlah personel Tagana yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 38.992 orang dengan rincian Tagana Muda sebanyak 38.332 personel, Tagana Madya sebanyak 623 personel dan Tagana Utama sebanyak 37 personel," terangnya.
Adapun yang memiliki spesialisasi Layanan Dukungan Psikososial (LDP) sebanyak 7.190 personel, Shelter sebanyak 4.171 personel, Dapur Umum sebanyak 3.782 personel dan Logistik sebanyak 2.313 personel. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring eksistensi Tagana setiap kali terjadi bencana alam.