BEKASI (29 Mei 2020) - Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kementerian Sosial, Pepen Nazaruddin mengecek kualitas sembako yang diterima warga RW 02 Kelurahan Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi, Jumat (29/5).
Kepada Ketua RW dan pengurus RT setempat, Pepen menghimbau warga agar dapat langsung mengembalikan atau menukarkan sembako jika didapati sembako yang mereka terima memiliki kualitas produk yang kurang bagus.
"Ketika ada ketidaksesuaian (item), sampaikan saja, nanti akan kami tindaklanjuti untuk segera diganti," kata Pepen.
Pepen, yang hadir bersama Sekretaris Ditjen Linjamsos, M.O. Royani, menyebut item yang tidak sesuai biasanya terdapat pada beras lantaran menurutnya beras bersifat variatif.
"Pertama, karena banyak supplier-nya. Kedua, banyak kualitas beras yang berbeda, beragam di lapangan. Jadi, itu juga harus kita jaga, sepanjang beras itu sesuai dengan kualifikasi beras premium," terangnya.
Namun, hal berbeda disampaikan salah seorang warga penerima sembako, Sri Mulyati (30), yang ditemui usai sembako diantarkan langsung ke rumah kontrakannya oleh Pepen. Sembako yang ia terima dalam kondisi bagus.
"Alhamdulillah sih, cukup. Menurut saya, yang sekarang mah bagus ya, kualitasnya bagus. Alhamdulillah, masih ada sih berasnya, masih cukup buat dua minggu sampai sebulan ke depan," ujarnya.
Teriring ungkapan terima kasih darinya untuk pemerintah, "Ini bantuan dari Pak Presiden, Pak Jokowi, udah tiga kali (menerima), alhamdulillah lengkap, beras, mie instan, minyak, terima kasih atas bantuannya," kata dia.
90% Warga Sudah Terima Sembako Tahap 3
Sementara itu, hampir 90 persen warga Sepanjang Jaya telah menerima bantuan sosial (bansos) sembako Presiden tahap ketiga dari enam tahap yang disalurkan melalui Kementerian Sosial.
"Saya bisa pastikan warga yang betul-betul berhak sudah terjangkau bantuan dan tidak ada tumpang tindih penerima," kata Ketua RW 02, Mansur Hidayat saat ditanya presentase penyaluran sembako di wilayahnya.
Pada tahap ini, ia memprioritaskan warga yang belum pernah menerima bantuan sama sekali. "Yang belum pernah menerima apapun dibagikan dulu, baru mereka ada yang dapet double. Rata-rata yang dapet double memang dari segi ekonomi mereka sangat membutuhkan," jelas Mansur.
Mekanisme itu ia tempuh melalui musyawarah dengan warga. "Apabila sembako yang datang mungkin (jumlahnya) agak besar, sudah ada kesepakatan dengan warga penerima bahwa itu akan dibelah (dibagi dua)," katanya menambahkan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa warga penerima bantuan sembako penanganan COVID-19 merupakan warga yang berbeda dengan penerima bantuan reguler bersyarat, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Kalaupun ditemukan warga penerima manfaat PKH juga terdata sebagai penerima sembako, maka Mansur memberikan pilihan kepada warga yang bersangkutan.
"Mereka (penerima bantuan PKH) kita tawarkan alternatif, kalau mereka terima (bantuan sembako), konsekuensinya nanti (bantuan) PKHnya dicabut. Jika bantuan (sembako) diserahkan ke warga lain atau dialihkan, ya artinya silakan (bantuan) PKH-nya jalan terus," paparnya.
Karena, kata dia, warga juga diberi pemahaman perbedaan antara bantuan PKH dan sembako dimana bantuan PKH adalah bantuan yang sifatnya rutinitas (reguler).
"Sementara bantuan sembako (baik dari pemerintah kota maupun pemerintah pusat), sifatnya hanya sementara akibat COVID-19 sehingga warga mengerti dan tidak ada keluhan," pungkasnya.