MAJALENGKA (25 April 2022) - Sebagai upaya literasi kebencanaan, atau pengenalan mitigasi dan penanganan bencana sejak dini kepada para pelajar, Kementerian Sosial melaksanakan kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TMS) dan Pesantren di Yayasan Al-Mizan, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Senin (24/5).

"Target kita, bagaimana mensosialisasikan penanganan bencana. Kita melakukan kegiatan-kegiatan literasi kebencanaan kepada para pelajar di sekolah dan pesantren," ujar Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Pepen Nazaruddin pada kegiatan TMS di Yayasan Al-Mizan, Majalengka, Senin (25/4). 

Tagana Masuk Sekolah atau Tagana Masuk Pesantren ini, disampaikan Pepen, merupakan salah satu program unggulan dari Kementerian Sosial, yang menyasar para pelajar di sekolah maupun pesantren. 

"Mereka dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan penanganan bencana, sehingga anak-anak pesantren di sini, yang nanti akan kembali ke masyarakat, bisa menularkan ilmu ini," katanya.

Yayasan Al-Mizan menjadi sekolah/pesantren pertama di Kabupaten Majalengka yang diberikan Program TMS. Selanjutnya, terdapat 9 sekolah/pesantren lainnya di Kabupaten Majalengka, yang juga akan diberikan literasi kebencanaan yang sama oleh personel Tagana.

Komisi VIII DPR RI Apresiasi Program TMS dan Pesantren 

Komisi VIII DPR RI mengapresiasi literasi kebencanaan yang dilakukan oleh Kementerian Sosial, melalui Program TMS dan Pesantren. 

"Kami sangat apreasiasi program ini. Kita selalu menekankan, gerakan literasi bencana, mensosialisasikan, serta mengedukasikan hal itu kepada masyarakat, terutama di lingkungan sekolah, dan saya mengusulkan ke pesantren," kata Anggota Komisi VIII DPR RI, Maman Imanul Haq, yang turut hadir dalam kegiatan TMS di Majalengka itu.

Atas dasar itu, Maman Imanul Haq, yang juga Ketua Yayasan Al-Mizan tersebut, lantas mengusulkan para pelajar di yayasan yang bersangkutan untuk diberikan literasi kebencanaan oleh personel Tagana.

Menurutnya, edukasi melalui TMS ini sangat efektif, lantaran masyarakat Indonesia tidak bisa dibiarkan hanya menunggu takdir, lalu bencana muncul. "Harus ada edukasi sejak dini, bahwa bencana ini sebenarnya bisa diminimalisir. Kita tidak bisa menolak bencana, tapi bisa meminimalisir bencana," tambahnya. 

Maka, diakuinya, kehadiran Tagana memberikan edukasi dan pelatihan, menjadi sangat penting, "Sehingga, seperti di Al-Mizan ini, nantinya, mereka akan membagikan kembali pengetahuan mereka akan kebencanaan di tengah masyarakat yang lebih luas," tandasnya. 

Melalui Program TMS dan Pesantren, Kementerian Sosial memberikan pemahaman dan meningkatkan kemampuan pelajar atau anak usia sekolah dengan berbagai pengetahuan tentang penyelamatan diri dan rambu evakuasi, cara berkomunikasi ketika mencari bantuan atau membutuhkan pertolongan, cara menenangkan diri sendiri dan temannya ketika terjadi bencana, serta cara mengenali sistem sumber dan tahu dalam mengaksesnya.