KABUPATEN BOGOR (31 Januari 2021) – Sebagai instansi pemerintah, Kementerian Sosial berperan sebagai penyelenggara kesejahteraan sosial yang wajib mengentaskan kemiskinan. Melalui program-program prioritas dan khusus yang dijalankan oleh Kemensos, percepatan penanggulangan kemiskinan di Indonesia diharapkan turun secara bertahap setiap tahunnya.

Guna mengemban amanat tersebut, Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu program prioritas nasional yang ditujukan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Dilaksanakan sejak 2007, PKH terbukti mampu mengubah perekonomian KPM lebih baik sehingga mampu berdikari dan terlepas dari jerat kemiskinan.  

Sumiati (41) dan Ncoh (56) adalah dua dari sekian ratus ribu KPM di Kabupaten Bogor yang telah merasakan manfaat PKH. Sama-sama mengikuti program tersebut selama empat tahun, dua KPM asal Desa Koleang, Jasinga tersebut merintis usaha kecil dan menengah hingga akhirnya memutuskan untuk graduasi mandiri.

Bersama dengan suaminya, Sunarman (45), Sumiati mengelola usaha ayam potong merah dan putih yang berada persis di samping rumahnya sejak tahun 2018. Menurunnya penjualan di awal usaha tak lantas membuat Sumiati patah arang. Ia bergegas menceritakan permasalahan usahanya kepada pendamping PKH agar bisa mengembangkan usahanya.

“Akhirnya usaha saya dipromosikan dari mulut ke mulut sehingga dikenal tidak hanya oleh warga Koleang tetapi juga se-Jasinga. Biasanya mereka order ayam potong untuk hajatan dan rumah makan Padang,” terang Sumiati.

Selain dipesan untuk acara perayaan dan bisnis kuliner, ayam potong Sumiati juga dipasok sebagai produk dalam Program Sembako berkat koordinasi dengan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan Kepala Desa Koleang.

Alhamdulillah sejak ada program PKH dari pemerintah, usaha kami bisa berjalan dengan lancar berkat dukungan dari pendamping, pengurus desa dan para tetangga,” ujar Sunarman.

Hal serupa juga dialami oleh Ncoh. Ibu delapan orang anak ini memutuskan untuk graduasi mandiri dari PKH dan membuka usaha telur puyuh setelah salah satu anaknya, Clarita berhasil menyelesaikan perkuliahannya di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor yang dibiayai oleh Dinas Sosial Kabupaten Bogor.

“Kata orang, kalau anak sudah jadi sarjana berarti sudah jadi orang mampu,” kata Ncoh.

Peluang untuk membuka usaha telur puyuh muncul setelah telur puyuh dari Sukabumi yang dijual Clarita laku keras di Jasinga. “Saya melihat kesempatan untuk membuka usaha telur puyuh sendiri karena pemasarannya bagus. 20.000 butir telur puyuh bisa laku dalam 2 minggu.”

Usaha telur puyuh yang dikelola oleh ibu dan anak ini lantas dimulai pada 2019 lalu dengan modal usaha sebesar kurang lebih Rp20 juta yang telah dikumpulkan Clarita sejak masih berkuliah beserta hasil pinjaman dari bank. Mengaplikasikan ilmu peternakan yang ia miliki, Clarita bolak-balik Jasinga-Sukabumi setiap minggu untuk memasok telur puyuh dan burung puyuh betina karena stok telur puyuh milik sendiri yang terbatas.

“Yang bisa kami produksi hanya 5 kg telur puyuh per hari sementara kebutuhan pasokan mencapai 20 kg telur puyuh per hari. Telur puyuh dipasok ke tukang bubur, bilung, papeda maupun usaha kuliner lain berbahan telur puyuh,” jelas Clarita.

Nantinya, Ncoh dan Clarita berharap agar bisa menambah burung puyuh sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasokan telur puyuh di Jasinga.

“Kapasitas kandang sebanyak 3.000 ekor burung puyuh namun sekarang baru terisi seperenamnya karena keterbatasan modal. Semoga tahun ini target 3.000 butir per hari bisa tercapai,” harap Ncoh.


Maju Berkat Dukungan Berbagai Pihak
Kisah sukses Sumiati dan Ncoh sebagai KPM Graduasi Mandiri tak lepas dari dukungan banyak pihak. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bogor Mustakim menyatakan bahwa persentase graduasi KPM PKH di wilayahnya masih kecil karena adanya penambahan kuota setiap tahun.

“Per 2021 ini ada 140.994 KPM PKH di Kabupaten Bogor. Perubahan selalu ada karena jumlah KPM PKH yang dinamis disebabkan berbagai hal, antara lain KPM Graduasi Alamiah (tidak adanya lagi komponen), KPM Graduasi Mandiri, pindah alamat dan data ganda,” jelas Mustakim.

Meskipun begitu, lanjut Mustakim, Dinas Sosial Kabupaten Bogor sebagai mitra Kementerian Sosial bersinergi dengan SDM PKH agar PKH tetap bisa menghasilkan KPM yang mandiri.

“Selain itu, kami mendukung efektivitas PKH dengan memberikan bantuan modal usaha sebesar Rp5 juta kepada KPM Graduasi dan memberikan beasiswa bagi anak-anak KPM sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku,” kata Mustakim.

Peran pendamping PKH dianggap krusial sebagai salah satu katalisator keberhasilan KPM PKH. Aab Munawar selaku Pendamping Sumiati dan Ncoh menjelaskan bahwa mandirinya KPM dimulai dari perubahan pola pikir mereka sendiri.

“Pendamping selaku fasilitator memberikan edukasi dan motivasi bagi KPM. Apabila mereka sudah berniat untuk sukses maka tugas pendamping adalah mengarahkan agar usaha mereka meningkat,” kata Aab.

Edukasi dan motivasi yang diberikan pendamping merupakan hasil binaan diklat FDS (Family Development Session) dan Koordinator Kabupaten (Korkab) PKH serta coaching dari Supervisor PKH. “Seluruh ilmu tersebut ditransfer ke KPM agar bisa diaplikasikan di aspek kehidupan mereka,” ujar Aab.

Sekretaris Desa Koleang Wawan Setiawan turut mendukung keberlangsungan usaha yang dilakukan oleh kedua warganya. “Pihak desa merasa bersyukur, bangga sekaligus terharu karena usaha yang dirintis oleh Ibu Sumiati dan Ibu Ncoh mendapat perhatian dari Kemensos dan Dinas Sosial Kabupaten Bogor.”

Kedepannya, Desa Koleang akan mengupayakan pemberdayaan masyarakat setempat.

“Ibu Sumiati dan Ibu Ncoh tentu tidak bisa sendirian dalam menjalankan usaha mereka. Oleh karena itu kami berharap usaha mereka akan semakin berkembang dengan penyerapan warga Desa Koleang agar semuanya  bisa sama-sama berhasil dan terangkat perekonomiannya,” kata Wawan.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI