BEKASI (8 November 2019) - Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat memantau ketersediaan logistik di gudang pusat yang berada di Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/11).

Kementerian Sosial memiliki tiga gudang logistik yaitu gudang logistik pusat di Bekasi, dan dua gudang regional lainnya, yang masing-masing berada di Palembang dan Makassar.

Tiga gudang ini berfungsi sebagai hub (pusat) yang memastikan distribusi logistik ke setiap provinsi yang menjadi area terdampak bencana dan dicover oleh masing-masing gudang regional tersebut sampai dengan tepat.

Selain ketepatan, dalam proses pendistribusian bantuan logistik, gudang juga harus mampu merespon secara cepat sesaat setelah terjadi bencana.

"Saya, ke depan, tidak ingin lagi melihat hub Bekasi ini digunakan sebagai tempat transit untuk bantuan logistik ke semua daerah. Lebih baik, dari penyedia barang itu langsung saja kirim ke gudang provinsi," kata Harry pada saat melakukan kunjungan ke gudang logistik pusat di Bekasi.

Ketika bencana terjadi, Kementerian Sosial menjadi pihak yang paling bertanggungjawab dalam membangun sistem penanganan bencana, terutama terkait dengan urusan klaster pengungsian, perlindungan dan Layanan Dukungan Psikososial (LDP).

Dalam menjalankan tugas tersebut, maka Kementerian Sosial perlu membenahi kesiapsiagaan logistik, bahkan bantuan-bantuan logistik yang mendukung tugas, khususnya dalam masa tanggap darurat.

Untuk itu, dikatakan Harry, perlu adanya sebuah sistem yang efektif dan efisien yang mendukung sistem kerja pendistribusian logistik secara keseluruhan.

"Efektif dalam pengertian, bantuan-bantuan logistik itu bisa terdistribusi sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan, dalam konteks, berdasarkan mitigasi bencana bahwa di situ ada potensi bencana sehingga perlu buffer stock. Ini yang harus didistribusikan secara proporsional dari tiga gudang regional tersebut," terang Harry.

Kendati demikian, mengirimkan sebuah paket bantuan logistik ke daerah bencana yang relatif cukup jauh, antar provinsi misalkan, membutuhkan waktu yang lama dan pembiayaan yang sangat besar. Dari hal ini, aspek efisiensi menjadi penting.

"Oleh karena itu, kunjungan saya ke gudang logistik pusat ini ingin memastikan bagaimana fungsi hub logistik yang dimiliki Kementerian Sosial bisa terkoneksi ke hub-hub yang ada di provinsi, bahkan sampai ke hub yang ada di kabupaten/kota, yang memang tinggi tingkat kerawanannya terhadap bencana," ujar Harry.

Lebih lanjut, kata Harry, kapasitas gudang di provinsi sangat terbatas, sehingga mereka seringkali kekurangan logistik. Dengan disesuaikannya pendistribusian logistik langsung ke gudang regional terdekat dari lokasi kejadian bencana, mereka tidak lagi harus menunggu terlalu lama distribusi logistik dari gudang pusat Bekasi.

Harry, yang dalam kunjungannya turut didampingi oleh Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), Rachmat Koesnadi dan Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS), M. Syafii Nasution ini mengaku sedang mengkaji dan akan mereformasi Sistem Informasi Logistik (Simlog).

Sementara itu, Harry juga menjelaskan bahwa satu gudang logistik mampu menampung berbagai jenis kebutuhan dasar seperti lauk pauk, footwear, tenda keluarga, velbed, kasur, hingga peralatan dapur keluarga.

Harry mengumpamakan satu jenis barang saja di gudang logistik dapat didistribusikan kepada satu keluarga. Ini artinya, dalam satu kejadian bencana, Kementerian Sosial mampu membantu ribuan keluarga melalui satu gudang regional yang dimilikinya.