BOYOLALI (12 Maret
2021) - Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan dampak positif pada
Keluarga Penerima Manfaat (KPM), khususnya kategori lansia, dalam mengurangi
risiko pikun melalui Kebun Lansia PKH. Hal ini tampak pada KPM lansia di Desa Gondangrawe,
Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.
Salah seorang KPM lansia dari
Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, Bejo (79), mengatakan ia senang mengikuti
aktivitas di Kebun Lansia lantaran aktivitas itu dapat menjaga pikirannya tetap
segar.
"Ya, senang, mengajak
orang-orang biar sehat dengan bekerja di kebun, pikiran segar, terus mengurangi
penyakit pikun," ujar Bejo di Boyolali.
Adanya Kebun PKH Lansia, baginya,
juga menjadi media interaksi sesama KPM seusia dirinya, "Ditambah ketemu
teman-teman lansia lainnya, bisa berinteraksi, ya senang," katanya
menambahkan.
Dimulai pada akhir tahun 2019, kebun
berukuran 11 x 13 meter2 yang ditanami berbagai jenis tanaman,
seperti cabai, kangkung, terong, jahe dan kencur itu pun hasilnya dapat
dirasakan manfaatnya oleh para KPM lansia.
Menurut Bejo, Kebun Lansia PKH
sekaligus bisa menambah penghasilan dan mengurangi pengeluaran bulanannya
bersama istri.
"Hasilnya bisa dikonsumsi untuk
dimakan sendiri, bisa dijual ke pasar atau dibeli KPM juga buat nambah pendapatan,"
ungkapnya.
Sementara itu, Pendamping PKH
Kabupaten Boyolali, Danik Haryanti Ningrum Sapitri, menyampaikan awal mula
pemberdayaan KPM lansia dampingannya lewat budidaya kebun yang dia rintis.
Danik mengatakan hal itu berawal
dari Pertemuan Peningkatan Kualitas Keluarga (P2K2) yang rutin ia lakukan
bersama KPM.
Dalam P2K2, ia kerap memberikan
arahan dan motivasi, terutama melalui modul-modul tentang kesehatan dan
pengelolaan keuangan, bagaimana mengelola bantuan sosial (bansos) PKH yang
diterima sehingga tidak habis begitu saja.
"Awalnya, saya kepikiran
mengajak KPM lansia untuk aktif, berdaya. Bagaimana kalau kita bikin kebun PKH
yang diolah lansia. Jadi, mereka beraktivitas iya, mengatur keuangan juga
iya," katanya mengisahkan gagasan munculnya Kebun Lansia PKH.
Berangkat dari ide yang disetujui
KPMnya itu, kemudian mereka sepakat untuk iuran sebagai modal awal. "Jadi,
para lansia menyisihkan sedikit (uang) dari bansos PKH, disisihkan 10 ribu per
orang," jelasnya.
Modal yang terkumpul, lanjutnya,
lantas digunakan untuk keperluan membeli sejumlah jenis bibit tanaman, pupuk
daun, dan pupuk buah.
Menurut Danik, hasil dari kebun yang
digarap oleh 20 KPM lansia secara bergilir itu, manfaatnya pun dirasakan oleh
KPM itu sendiri.
"Kalau panen, hasilnya ada yang
dijual ke pasar, ada yang dibeli KPM lainnya. Uangnya masuk kas (keuangan),
nanti diputer buat modal lagi. Pokoknya, hasilnya itu mereka juga yang
merasakan," beber Danik.
Di masa pandemi dan musim hujan saat
ini, dikatakan Danik, kebun itu dikelola terjadwal. "Hanya sekali atau dua
kali dalam seminggu, dengan komposisi tiga sampai empat orang saja," ujar
wanita asal Sragen dengan daerah dampingan di Kabupaten Boyolali ini.
Harapannya sederhana, melalui Kebun
Lansia PKH, ia ingin menghantarkan para KPM dengan rentang usia yang sudah
tidak lagi muda itu untuk berdaya.
"Harapan saya sebagai pendamping, saya ingin menghantarkan mereka untuk berdaya, bisa memanfaatkan bansos PKH untuk tabungan masa depan mereka," pungkasnya.