SLEMAN (25 November 2020) - Kementerian Sosial (Kemensos) mendistribusikan bantuan bagi penanganan pengungsi Merapi. Bantuan senilai 500 juta  rupiah diserahkan melalui Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Dinas Sosial Kabupaten Boyolali berupa tenda COVID-19 serta bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi rentan.

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), M. Safii Nasution, mengatakan untuk sementara, pihaknya memberikan bantuan senilai 500 juta rupiah untuk pengungsi di Merapi.

Namun begitu, menurut dia, Kemensos ingin terlebih dahulu menjalin komunikasi di bawah bersama stakeholder, seperti Pemerintah Provinsi DIY dan Kabupaten Boyolali, dalam rangka antisipasi erupsi Merapi.

“Untuk saat ini, paling penting koordinasi dulu, agar nanti ketika terjadi bencana bisa cepat dieksekusi sehingga pengungsi tertangani dengan baik. Hari ini kami berikan, untuk sementara, sekitar Rp500 juta, bentuknya tenda COVID-19, kebutuhan dasar kelompok rentan, seperti matras, logistik, juga untuk ibu hamil, balita dan anak-anak,” ungkapnya pada media usai rapat koordinasi di Kantor Dinas Sosial Provinsi DIY, Bantul, Selasa (24/11).

Tenda COVID-19 yang disiapkan Kemensos saat ini disiagakan 20 unit untuk pengungsian di wilayah lingkar Merapi. 10 unit didistribusikan di DIY dan 10 unit disitribusikan di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Tenda tersebut berukuran 8 x 6 meter dengan bahan terbuat dari PVC yang tidak terlalu panas, juga tidak begitu dingin.

“Saat ini, kami siagakan 20 unit, namun ketika nanti dibutuhkan lebih, kami siap datangkan lagi untuk para pengungsi. Tenda ini warnannya merah putih, dan sengaja dibuat agar pengungsi nyaman ketika harus tinggal di pengungsian,” ungkapnya lagi.

Selain itu, dalam mencegah penyebaran pandemi COVID-19 di antara pengungsi erupsi Merapi, dikatakan Safii, pemerintah telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dengan membuat bilik-bilik di lokasi pengungsian dan memasang alat ozonisasi guna membunuh partikel kecil penyebar virus.

"Kita liat disini semuanya pakai sekat dan bilik-bilik. Kita juga pasang ozonisasi," lanjutnya.

Untuk membantu kelancaran distribusi keperluan pengungsi, Kemensos telah menyiagakan sebanyak 369 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana).

"Dari jumlah tersebut, yang telah diterjunkan ke lapangan, sebanyak 69 orang di dua lokasi pengungsian," terang Safii.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY, Endang Patmintarsih, mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kemensos untuk memudahkan langkah saat nantinya terjadi bencana erupsi. Dinas Sosial Provinsi DIY secara langsung menyalurkan bantuan kepada para pengungsi yang saat ini seluruhnya termasuk dalam kelompok rentan.

“Jumlah pengungsi saat ini di Glagaharjo ada 239 yang terdiri dari lansia, ibu hamil, anak-anak dan bayi. Kebutuhan yang mendesak saat ini kebutuhan dasar seperti makanan pendamping ASI, biskuit, juga vitamin untuk mereka. Hari ini, kami sudah koordinasi dengan Kemensos dan bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan,” jelas dia.

Aktivitas kegempaan Gunung Merapi masih tinggi sejak statusnya dinaikkan menjadi siaga atau level tiga pada 5 November. Aktivitas kegempaan yang tinggi itu menimbulkan guguran tebing lava lama.

"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi," kata Kepala Balai Pengamatan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida.

Guguran tebing lava lama itu terjadi pada Minggu dan berada di kawah utara. Namun, material guguran jatuh ke dalam kawah, sehingga sampai saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Merapi.

Sementara itu, proses evakuasi warga dari lereng Gunung Merapi sejak penetapan status siaga masih difokuskan untuk kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas.

Di barak pengungsian, pemerintah menyiapkan sekat agar prinsip jaga jarak dapat dijalankan demi menekan penyebaran COVID-19.