BANDAR LAMPUNG (30 November 2020) - 'Gerakan Ayo Kuliah' yang digulirkan Program Keluarga Harapan (PKH) Provinsi Lampung dapat diusung menjadi Gerakan Nasional.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Pepen Nazaruddin, menyambut baik 'Gerakan Ayo Kuliah' bagi anak-anak Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang telah berlangsung di Provinsi Lampung. Pasalnya, gerakan ini telah berhasil mengantarkan 335 orang anak KPM PKH menempuh jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi.

"Gerakan yang telah berlangsung sejak tahun 2017 hingga 2020 ini, total telah mencatat sebanyak 335 anak PKH dari 15 Kabupaten/Kota yang sudah diterima di Perguruan Tinggi Negeri ataupun Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Gerakan ini sangat bagus dan bisa ditiru Provinsi lain sehingga menjadi gerakan nasional," ujar Pepen kepada media di Lampung, Senin (30/11).

Dirjen Linjamsos melaksanakan kunjungan kerja ke Provinsi Lampung untuk berdialog dengan 41 anak KPM PKH yang saat ini menempuh jenjang pendidikan sarjana. Turut hadir dalam kesempatan itu, Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial, Adhy Karyono, Direktur Jaminan Sosial Keluarga (JSK), Rachmat Koesnadi dan Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung, Aswarodi.

Pepen menambahkan 'Gerakan Ayo Kuliah' merupakan salah satu inovasi PKH Lampung yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan, mulai dari pemetaan potensi anak PKH saat di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), pelaksanaan edukasi dan motivasi, pendampingan saat mendaftar, sampai advokasi proses seleksi.

"Gerakan Ayo Kuliah bagi anak PKH yang berprestasi dilakukan dengan serangkaian proses yang langsung ditangani oleh pendamping PKH dan Dinas Sosial agar anak-anak berprestasi ini dapat terus melanjutkan pendidikan dan menjadi contoh bagi keluarga dan lingkungan," ujarnya.

Menurut Pepen, salah satu upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan adalah dengan meningkatkan keterjangkauan pendidikan bagi anak-anak KPM PKH. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan jumlah graduasi.

"Semakin banyak anak-anak KPM PKH yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, maka semakin banyak KPM PKH yang harus graduasi karena kehidupan mereka semakin meningkat. Jika anak-anak mereka lulus S1, maka akan dapat pekerjaan yang lebih baik dan bisa mengangkat kehidupan orang tuanya," lanjut Pepen.

Pengakuan Anak KPM PKH Usai Ikuti 'Gerakan Ayo Kuliah'

Sementara itu, Slamet Hariyanto, salah satu anak KPM PKH, mengaku senang dengan adanya 'Gerakan Ayo Kuliah' yang diselenggarakan SDM PKH.

"Gerakan ini telah memberikan informasi yang banyak kepada saya untuk bisa mendapatkan akses berkuliah di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Sebelum ada gerakan ini, kami tidak banyak tau akses pendidikan lebih tinggi," jelas Slamet.

Slamet, yang kini duduk di semester lima UIN Raden Inten, mengaku siap membagikan pengalamannya kepada anak-anak KPM PKH lainnya untuk bisa meraih cita-cita.

"Saya siap untuk menularkan apa yang telah saya raih. Keadaan saya yang miskin tidak membuat minder," kata dia.

Slamet mengajak seluruh anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk tidak takut bercita-cita meraih pendidikan yang tinggi lantaran hanya pendidikan tinggi yang dapat membantu merubah nasib keluarga.

"Kita jangan berhenti bermimpi untuk meraih cita-cita yang lebih tinggi. Jangan patah semangat dengan keadaan. Kita harus belajar dan berusaha agar bisa meraih kehidupan yang lebih baik," tambah Slamet.

Di balik pengalamannya mengenyam bangku perkuliah melalui gerakan ini, ia mengaku memilih tinggal di masjid sambil membantu membersihkan masjid tempatnya menumpang untuk meringankan beban biaya sehari-harinya.

Data Kementerian Sosial mencatat sebanyak 471.524 warga Lampung mendapatkan bantuan PKH dengan total bantuan sebesar Rp. 1.728.941.189.000 hingga Bulan Oktober 2020.