MAMUJU (18 Januari 2021) - Kementerian Sosial memastikan terlayani dan terpenuhinya kebutuhan bagi kelompok rentan pengungsi korban gempa di Sulawesi Barat.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), M. Safii Nasution, menjelaskan kelompok rentan penyintas gempa yang terdiri dari lansia, ibu hamil dan anak-anak itu akan ditempatkan di tenda-tenda yang telah disiapkan.
"Mereka kita tempatkan di tenda khusus yang punya sekat dan sirkulasi udara memadai. Ini kita berikan supaya mereka merasa nyaman. Nah, mereka yang mengungsi di tenda-tenda kurang layak dan menyebar di sejumlah titik, kita pindahkan ke tenda COVID-19," jelas Safii di Stadion Manakarra, Mamuju, Sulbar, Senin (18/1).
Rahayu (29), yang tengah hamil 6 bulan, merasakan perbedaan tinggal di tenda COVID-19 milik Kementerian Sosial. "Lebih nyaman karena tendanya ada dinding, ada jendela. Jadinya lebih segar karena udara bisa berganti," tuturnya.
Rahayu juga mengatakan bahwa lokasi pengungsian di Stadion Manakarra sangat lengkap. "Di sini ada fasilitas kesehatan, dapur umum, WC dan kamar mandi," kata Rahayu.
Selain itu, Kemensos juga menyediakan makanan dan kebutuhan logistik lainnya, seperti susu bayi, makanan siap saji, hingga pampers, bagi seluruh penyintas gempa di Sulbar.
"Tidak hanya berhenti disitu saja. Kami juga melakukan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi penyintas untuk memulihkan trauma akibat gempa. Mereka harus diperhatikan kondisi mentalnya," tambah Safii.
Tim LDP Kemensos berasal dari unsur Tagana, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan SDM Program Keluarga Harapan (PKH) dengan berbagai latar belakang keahlian.
"Tim ini terdiri dari Pekerja Sosial, Penyuluh Sosial, dan Psikolog. Petugas yang dikerahkan berasal dari tim LDP pusat 10 orang, Tagana setempat 12 orang dan TKSK 6 orang. Sedangkan untuk SDM PKH setempat sebanyak 17 orang," tambah Safii.
"Mekanisme layanan yang diberikan di masa pandemi ini nantinya akan dibagi dalam kelompok kecil di dalam tenda Covid-19 ini sesuai kategori kelompok rentan masing-masing maksimal 10 orang per kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tenda pengungsi," jelasnya.
Safii menjelaskan layanan yang diberikan antara lain berupa konseling, permainan bagi anak-anak, pemberian kuis dan permainan sejenisnya agar mereka dapat melupakan trauma terhadap kejadian gempa ini dan kembali hidup normal.
Safii memperkirakan saat ini ada sekitar 1.500 hingga 2.000 pengungsi yang telah berada di luar stadion sejak gempa dahsyat bermagnitudo 6,2 melanda Sulawesi Barat.