CIANJUR
(5 Desember 2022) - Inovasi dan improvisasi Menteri Sosial Tri
Rismaharini terkait tata kelola dan pelayanan di posko pengungsian terus
dilakukan. Termasuk dalam pemenuhan kebutuhan listrik di pengungsian para
penyintas gempa Cianjur.
Penggunaan
sumber listrik alternatif yang berasal dari tenaga surya menjadi pilihan.
Bantuan yang diberikan kepada para penyintas dilokasi bencana ini mengutamakan
prinsip efektif, efisien dan berkelanjutan sehingga tidak membebankan para
penyintas.
Dilengkapi
teknologi solar cell, posko pengungsian di Lapangan Cariu Mangunkerta, posko
pengungsian di Lapangan Jagaraksa Warungkondang, posko pengungsian Desa Ciputri
Kec. Pacet dan posko pengungsian Desa Nyalindung Kampung Haregem menjadi
beberapa contoh pengungsian yang memanfaatkan tenaga surya sebagai alternatif
sumber listrik.
Teknologi
ini sangat bermanfaat khususnya bagi posko pengungsian yang akses listrik dari
PLN masih terkendala akibat gempa bumi bermagnitudo 5,6 yang mengguncang
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat yang terjadi pada Senin (21/11). Bencana
tersebut memberikan dampak kerusakan hampir sebagian besar wilayah Cianjur.
Banyak rumah warga rusak, sarana prasarana dan fasilitas umum yang terdampak.
Menteri
Sosial, Tri Rismaharini saat kunjungannya langsung ke lokasi bencana di hari
kejadian, mengarahkan jajarannya untuk merespon cepat kebutuhan para pengungsi,
termasuk kebutuhan penerangan/listrik. Hal ini dilakukan mengingat sumber
listrik saat itu mengalami kerusakan akibat gempa bumi.
"Beliau
langsung menginstruksikan pemasangan solar cell, walaupun masih terbatas namun
sangat membantu saat darurat, sambil menunggu aliran listrik PLN dapat kembali
beroperasi," kata Rachmat Koesnadi Kepala Sentra Terpadu “Kartini”
Temanggung selaku ketua koordinator posko pengungsian di Lapangan Jagaraksa,
Kec. Warungkondang.
Awalnya
terpasang satu panel solar cell, namun sekarang sudah terpasang 4 panel dengan
kapasitas 2000 W yang digunakan untuk menopang penerangan dapur umum yang
beroperasi mulai dari dini hari pukul 02.00 WIB hingga 21.00 WIB. Seluruh
lapangan bola pun terterangi, dibantu pula dengan penambahan beberapa panel
kecil yang dipasang di antara tenda-tenda pengungsian sebagai penerang jalan
sehingga masyarakat merasa lebih aman dan nyaman.
"Kebetulan
di sini suasananya ada panas. Pagi hingga siang matahari cukup terik sehingga
bisa mengisi solar cell. Mendung dan hujan biasanya turun antara jam 2 sampai
sore. Tapi cukup buat mengisi solar cell. Kalau udah gelap langsung kita
nyalakan agar masyarakat tetap bisa beraktifitas," ucap Rachmat
menegaskan.
Senada
yang disampaikan oleh Fahri Isnanta, Sub Koordinator Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Kemensos sekaligus Fungsional Pekerja Sosial di posko pengungsian Desa Ciputri
Kec. Pacet. "Adanya pemasangan solar cell membuat masyarakat merasa aman
untuk ke fasilitas umum yang tersedia dilingkungan pengungsian pada malam hari,
khususnya bagi kelompok rentan," katanya.
Fahri
menambahkan dengan adanya solar cell, Kegiatan Layanan Dukungan Psikososial (LDP)
juga dapat tetap dilaksanakan di malam hari, khususnya bagi bapak-bapak yang
saat siang tidak berada di pengungsian dan anak-anak yang pada pagi bersekolah
di sekolah darurat. Misalnya aktifitas sholat berjamaah, pengajian, nonton
bareng, dan diskusi kelompok masyarakat."
Fahri
menerangkan bahwa alternatif sumber listrik tenaga surya ini dapat digunakan
secara berkesinambungan serta dapat meringankan beban daya listrik yang ada,
mengefisiensikan biaya listrik yang digunakan di posko pengungsi. Uangnya bisa
dioptimalkan untuk kebutuhan lain bagi pengungsi ucap Fahri.
Teti
(34 tahun) warga RW 1, RT 05 yang turut mengungsi di Lapangan Jagaraksa Warung
Kondang juga menyampaikan bahwa awalnya hanya satu sumber cahaya yang ada di
pengungsian, namun setelah Mensos Risma datang, fasilitas di pengungsian
dilengkapi. "Tertolong sekali kami. terutama saya kan ada anak-anak,"
ucap Teti.
"Kalau
sekarang udah banyak alhamdulillah. Tenda sudah banyak, penerangan cukup.
Bahkan kemarin hujan, tapi panel surya ini tetap hidup. Malam sampai pagi
terang terus. Karena ini lampu yang menerangi tenda menuju ke toilet portabel
yang juga disediakan Kemensos." kata Teti.
Ibu
Nanik Suryani (52 tahun) yang juga merupakan salah satu pengungsi di Lapangan
Jagaraksa, Warungkondang merasakan manfaatnya. "Butuh, butuh sekali.
Karena di pengungsian ada jam malam dan di dalam tenda tidak ada lampu, maka
penerangannya kami dapat dari lampu solar cell itu," tambahnya.
Gunawan
salah satu relawan di posko Lapangan Cariu Mangunkerta menyampaikan bahwa
sosialisasi dan kesadaran pemanfaatan listrik dari energi surya perlu
disosialisasikan. Selain ramah lingkungan, murah juga tahan lama. Hanya saja
perlu dijaga dan dirawat bersama serta diupayakan agar terhindar dari
pencurian.
"Bahkan
untuk posko pengungsian di lapangan Cariu, solar cell juga dimanfaatkan untuk
freezer mobil dapur umum dalam penyimpanan makanan siap saji, ayam beku dan
pindang. Hal ini bermanfaat agar bahan-bahan makanan terjaga
kesegarannya." ucap Gunawan.
"Namun
kendala di Cariu, karena disini termasuk dataran tinggi, perbukitan, matahari
kurang karena hampir tiap hari hujan, maka pemanfaatan solar Cell belum dapat
diotimalkan 100% seperti daerah lain."
Total
solar cell yang telah diberikan Kementerian Sosial di 5 posko pengungsian
berjumlah 15 panel surya dan kedepan ini akan terus dikembangkan dan ditambah
bagi wilayah-wilayah yang membutuhkan dengan tingkat intensitas pencahayaan
matahari yang cukup.