KULON PROGO (20 Agustus 2020) - Menteri Sosial, Juliari P. Batubara meminta kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) untuk memperhatikan pola pengasuhan dan pendidikan terhadap anak dengan sungguh-sungguh.

"Tidak ada orangtua yang tidak menginginkan anaknya sekolah tinggi, menjadi orang yang berhasil. Namun, semua itu startnya selalu dari rumah," kata Mensos Juliari saat memberikan materi tentang modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) di Kulon Progo, Yogyakarta, Rabu (19/8).

Pendidikan dan Pengasuhan Anak merupakan salah satu modul yang diajarkan dalam P2K2 kepada KPM PKH. Selain Pendidikan dan Pengasuhan Anak, terdapat empat modul lainnya, yaitu Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha, Kesehatan dan Gizi, Perlindungan Anak, serta Kesejahteraan Sosial (Lansia dan Disabilitas).

Juliari mencontohkan pengasuhan dan pendidikan kepada anak bisa berupa menerapkan dialog agar anak mampu melindungi dirinya sendiri ketika berada di luar rumah.

Lebih lanjut, Mensos Juliari menekankan bahwa kunci pendidikan di rumah adalah ibu. Untuk itu, di hadapan 15 ibu-ibu KPM PKH yang diatur duduk berjarak melingkar, semua tugas dan tanggungjawab pengasuhan anak di rumah, kata Mensos, menjadi urusan ibu-ibu sekalian.

"Kalau (tugas) itu bisa dilakukan dengan baik, pendamping hanya tinggal mengingatkan saja, Insya Allah anak-anak kita semua menjadi anak-anak yang tumbuh besar sesuai dengan apa yang kita harapkan," tegas Juliari.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Pepen Nazaruddin, mengatakan P2K2 dilakukan sebagai kontrol bagi pemanfaatan bansos PKH oleh KPM.

"Misalnya, tentang apakah uangnya sudah diterima, apa yang menjadi kendala, bagaimana cara mengambil bantuan, bahkan dalam masa pandemi seperti saat ini," ujar Pepen.

Penghargaan kepada KPM Graduasi Mandiri

Kegiatan P2K2 itu disertai dengan acara penyerahan penghargaan kepada KPM Graduasi. Murni Caturwati (51), KPM PKH asal Kabupaten Kulon Progo yang menerima penghargaan langsung dari Mensos atas keputusannya graduasi mandiri, mengisahkan proses yang ia lalui sebelum menerima bantuan PKH.

"Dulu, saya masih punya 2 anak yang harus dipenuhi kebutuhan sekolahnya, dan pada saat itu, saya belum memiliki tempat tinggal tetap untuk berteduh (rumah)," ujarnya.

Mantan KPM yang kerap dipanggil Catur ini, lebih dulu merintis usaha toko kelontong yang ia kelola bersama suaminya secara mandiri. "(Usaha) warung itu sudah lama, sejak menikah tahun 2005, saya sudah merintis warung kecil," terangnya.

Tapi, lanjutnya, rumah sendiri justru belum ada, "Jadi, kami cuma tinggal di warung itu ukuran 2,6x6 buat tidur, buat jualan selama 5 tahun di situ," ungkap Catur mengenang kembali memori masa lalunya.

Terdaftar sebagai penerima PKH pada 2016, tak lantas membuat Catur berpangku tangan. Ia justru semakin gigih mengembangkan toko kelontongnya.

"Alhamdulillah, perlahan-lahan dijalani, ditekuni, seiring berjalannya waktu, omset perputaran warung saya sekarang setidaknya 2,5 juta/hari," jelas dia.

Melalui PKH, serta dibarengi ketekunan dan kemampuan pengelolaan uang yang baik, toko kelontongnya terus berkembang. Kini, omsetnya mampu mencapai hingga 75 juta/bulan dan memutuskan graduasi mandiri pada akhir tahun 2019.

Ketika ditanya adakah rasa penyesalan pasca keluar dari kepesertaan PKH, ia berkilah. "Insya Allah, saya tidak menyesal sama sekali," tandas Catur.

Sesaat sebelum mengajar P2K2, Mensos Juliari sempat mengunjungi usaha toko kelontong milik Catur yang berada di pinggir jalan raya, tidak jauh dari rumahnya. Di sana, Mensos berinteraksi dan menyaksikan langsung sumber penghasilan utama Catur dan keluarga yang membuatnya cepat tergraduasi secara mandiri.