TANGERANG SELATAN (23 Juni 2020) - Menteri Sosial, Juliari P. Batubara menyerahkan bantuan sosial (bansos) sembako kepada warga di Kelurahan Rawa Buntu, Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (23/6). Salah seorang penerima bansos sembako diketahui tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) setempat atau berKTP luar daerah Tangsel.

"Prinsipnya, pemerintah daerah yang paling paham kondisi di daerahnya sendiri, siapa yang paling berhak menerima, bagaimana kondisinya," kata Mensos saat penyerahan sembako di Tangsel.

Dalam berbagai kesempatan, Mensos Juliari juga kerap menyampaikan bahwa Kementerian Sosial tidak menutup kemungkinan bagi Pemda untuk memberikan bansos sembako kepada warga dengan KTP luar Jabodetabek selama warga tersebut benar-benar terdampak COVID-19.

"Kami (Kemensos) hanya menganggarkan dan menyalurkan saja, kebetulan karena program ini berlanjut, sampai Desember, kami harapkan pendataan yang sudah baik ini ke depan akan lebih baik dan lebih tepat lagi," ujarnya.

Mensos, yang hadir didampingi Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Pepen Nazaruddin, menyerahkan setidaknya 1.164 paket sembako secara simbolis kepada warga RW 002 Rawa Buntu di halaman Kantor Kelurahan.

Tidak hanya itu, bersama Wakil Gubernur Provinsi Banten, Andika Hazmury, dan Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, penyerahan juga dilakukan dengan menyambangi langsung rumah-rumah warga guna memastikan sembako sampai ke tangan penerima.

Airin, yang terus mengawal penyaluran bansos sembako untuk Kota Tangsel, menyampaikan ungkapan terima kasih dari masyarakat kepada Kemensos.

"Pada kesempatan yang baik ini juga, saya berterimakasih atas nama masyarakat, dimana Kemensos tidak pernah kaku untuk data," kata Walikota Airin.

Jadi, lanjut dia, manakala memang ada yang terdampak di bulan ini, pemerintah daerah setempat segera mengkonfirmasi kebenaran datanya dan mengajukan data penerima tersebut ke pusat.

Ketidakkakuan data yang disebut Airin ditunjukkan melalui salah satu warga berKTP luar Tangsel yang disambangi Mensos. Pihaknya juga mengapresiasi langkah cepat Kemensos saat Tangsel mengusulkan bansos tambahan untuk warga yang terdampak.

"Ini contohnya, (penerima) di sini baru kita masukkan karena dia tidak berKTP Tangsel, tapi terdampak, dan kita usulkan, lalu direspon cepat oleh Kemensos," tutur dia.

Sementara itu, Redi Wahyudi (34), warga non-Tangsel, yang beruntung sembakonya diantar langsung ke rumahnya oleh Mensos, merupakan warga perantau asal Palembang, Sumatera Selatan.

"Saya KTP daerah Sumatera Selatan, (disini) cuma ngontrak. Sementara tinggal di Tangsel untuk bekerja,” ujar Redi.

Ia mengisahkan kali pertama dilakukan pendataan sebagai calon penerima bansos sembako, dengan status warga non-KTP Tangsel oleh Ketua RT tempatnya tinggal. Ia menduga mendapatkan bansos lantaran kurang mampu secara ekonomi.

“Sebenarnya, kata Pak RT, ini penambahan (data penerima sembako), seharusnya untuk orang-orang dengan KTP Tangsel, sedangkan saya bukan (KTP) Tangsel. Tapi, Pak RT minta KTP dan KK, mungkin dilihat kami bukan orang mampu, dari situ kami didata,” terang bapak dua anak ini.

Mengaku sudah empat tahun terakhir tinggal di Tangsel, dan pekerjaannya sebagai satpam pada sebuah perusahaan terdampak akibat COVID-19, ia dan keluarga bersyukur mendapat sembako seperti warga Tangsel lainnya.

“Kami bersyukur sekali, soalnya kami bukan orang setempat, tapi karena kebijakan RT yang meninjau langsung ke warganya, jadi kami dapat,” ungkapnya penuh syukur.