BEKASI (27 Mei 2020) - "Tidak ada kendala, alhamdulillah, dari warga kami di 12 RT," kata Ketua RW 011 Kelurahan Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi, Nurhadi saat ditanya terkait kendala yang dialaminya selama proses penyaluran sembako.

Lebih jauh, ia menjelaskan mekanisme yang ia gunakan dalam penyaluran. "Jadi, semua warga itu kita sisir satu per satu, sehingga warga kita, alhamdulillah, tidak ada keluhan dalam hal ini," ujarnya menambahkan.

Ia menyebut hal itu terjadi lantaran adanya kerja sama yang baik antara Ketua RW dan para Ketua RT, "Karena kami juga sebagai RW dan RT, sama-sama kita turun (ke lapangan). Untuk warga yang paling berhak, kita lebih dahulukan," terangnya.

Selain itu, komunikasi yang dibangun dengan warga di tiap-tiap RT setempat menjadi kunci penting berjalannya distribusi bansos tanpa hambatan sehingga warga terinfo dengan baik dan tidak perlu merasa dirugikan.

"Kadang-kadang ada juga yang kita lihat rumahnya, kehidupannya agak lumayan, tapi dia dapet juga, namanya ada disitu, lantas kita tanya dan berikan pengertian agar bantuan yang seharusnya ia terima bisa dialihkan kepada warga lain yang jauh lebih membutuhkan," cerita Nurhadi.

Jadi, lanjutnya, kami, ketua RW dan RT, tidak ada miskomunikasi, alhamdulillah, sampai saat ini berjalan lancar, tidak ada hambatan apapun.

Seperti diketahui, Kementerian Sosial menyalurkan bantuan sembako dari Presiden kepada 1,9 juta keluarga terdampak COVID-19 di Jabodetabek sebanyak enam kali per Kepala Keluarga (KK). Untuk wilayah Bodetabek, saat ini telah memasuki tahap ketiga.

Sebanyak 914 paket sembako tahap ketiga diterima RW 011 Kelurahan Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Masing-masing Ketua RT lantas berjibaku menyalurkan sejumlah paket sembako secara langsung ke rumah-rumah warga. 

Yulianingsih (37), salah seorang ibu rumah tangga, yang diantarkan jatah sembako ke rumahnya, mengisahkan lesunya perekonomian keluarganya sejak wabah COVID-19 melanda, namun ia bersyukur bantuan pemerintah segera datang.

"(Suami saya) kerja buruh, kadang bangunan gitu, proyek, jadi kuli bangunan, itu sih (sejak COVID-19) perekonomian keluarga agak terganggu gitu. Terima kasih sekali kepada Bapak Presiden, Bapak Menteri Sosial, saya merasa terbantu sekali dengan pemberian dari pemerintah ini," ungkapnya haru.

Hal serupa juga diungkap Siti Khodijah (33), istri dari seorang buruh antar perabotan rumah tangga ini mengaku keberlangsungan hidup keluarganya terdampak akibat pandemi COVID-19.

"Ngaruh banget sih, apalagi kan saya punya anak kecil ya, buat beli susu apa gitu, suka ngga kebeli. Ya, alhamdulillah, bersyukur banget ya, maksudnya bukan karena musibah kaya gini, tapi karena ada bantuan dari pemerintah jadi merasa terbantu gitu," kata dia.

Adapun Warsono (46), warga RT 01 yang berprofesi sebagai penjual bubur, berharap ia dapat segera berjualan kembali setelah aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan.

"Saya jualan bubur, waktu itu semenjak jalanan pada ditutup itu udah ngga jualan lagi, terus ya ini Insha Allah mau mulai jualan lagi kalo udah ada kelonggaran gitu. Terima kasih ya kepada pemerintah, (bantuan) ini sangat membantu keluarga kami," tuturnya.