LAMONGAN (13 Oktober 2024) - Musim kemarau berkepanjangan yang melanda Kabupaten Lamongan, Jawa Timur sejak April 2024 telah menyebabkan 98 desa pada 15 Kecamatan mengalami kekeringan hingga krisis air bersih.

Ribuan Kepala Keluarga (KK) di Lamongan yang terdampak dari kekeringan ini, harus patungan membeli air bersih seharga Rp300.000 sampai Rp350.000 per tangki mobil dengan kapasitas 4.000 liter agar mencukupi kebutuhan Makan Minum Cuci Kakus (MMCK) mereka. Hal ini dilakukan karena jarak sumber air dengan rumah warga bisa mencapai 2 km.

Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) merespons dampak kekeringan tersebut dengan melakukan asesmen dan fokus pada penanganan di 7 Kecamatan dan 18 Desa berdasarkan data dari Dinas Sosial Kabupaten Lamongan. Tindak lanjut dari asesmen yang dilakukan, Kemensos telah mendistribusikan air bersih di beberapa wilayah di Kabupaten Lamongan sejak Jumat (11/10) dan masih berlanjut hingga saat ini.

"Total bantuan air bersih yang telah kami distribusikan sejumlah 42.000 liter," ujar Plt. Direktur PSKBA, Masryani Mansyur, Minggu (13/10/2024)

Masryani menjelaskan, pendistribusian air bersih tersebut terdiri dari 6.000 liter di Desa Soko dan 12.000 liter di Desa Wonokromo yang terletak di Kecamatan Tikung. Kemudian, 12.000 liter di Kecamatan Solokuro, dan 12.000 liter di Kecamatan Mantup.

Kemensos juga telah melakukan pemetaan titik pendistribusian air bersih pada wilayah terdampak dengan memperhitungkan jarak rumah warga dengan titik pengambilan air agar tidak terlalu jauh.

Selama proses pendistribusian air bersih, Kemensos juga melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat terkait rencana pengeboran titik sumber air, pembuatan penampungan air dan pipanisasi. "Untuk dimana pengeboran sumber airnya akan dibicarakan langsung oleh pemerintah setempat yang mana dapat menyokong ke beberapa Kecamatan yang ada di Lamongan," ungkap Masryani.