PANDEGLANG (22 Februari 2023) – Kementerian Sosial melalui Sentra "Galih Pakuan" di Bogor merespon berita sepasang lanjut usia (lansia) yang tinggal di rumah tidak layak huni di Desa Parigi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Banten.

“Kami ditugaskan oleh Bu Menteri Sosial untuk menangani lansia yang tinggal di rumah tidak layak huni di Pandeglang, yang kebetulan masuk dalam wilayah kerja Sentra "Galih Pakuan" di Bogor,” kata Kepala Sentra "Galih Pakuan" di Bogor Siti Sari Rumayanti saat dihubungi via telepon, Rabu (22/2).

Adalah Nenek Asna (64) dan Kakek Islak (66), yang tinggal di rumahnya yang nyaris roboh. Keduanya tinggal bersama anak ke empat mereka, Risja (30). Menurut keterangan Sari, tim Sentra "Galih Pakuan" di Bogor sudah turun pada Senin (13/2) dan langsung melakukan asesmen. Hasilnya, kondisi rumah yang ditempati keduanya jauh dari kata layak.

“Lantainya tanah, dindingnya dari bambu, atapnya rumbia. Kalau ada angin kencang, bisa roboh. Untuk itu, kita sudah ajukan proposal untuk mendapatkan program Rumah Sejahtera Terpadu (RST), dibantu oleh Pak Camat, Pak Kades, sama pendamping. Proposalnya sudah masuk,” katanya.

Melihat kondisi rumah yang mengkhawatirkan, Kemensos bersama-sama dengan aparat setempat memasang terpal untuk sementara, sampai perbaikan rumah bisa terlaksana. Hal ini juga untuk mengantisipasi hujan dan angin kencang.

Selain itu, Kemensos juga memberikan edukasi tentang kebencanaan kepada keluarga dan aparat desa apabila terjadi angin dan hujan dengan intensitas tinggi agar dapat mengevakuasi Nenek Asna dan keluarganya ke tempat yang lebih aman. Tim juga membantu membersihkan rumah.

Kemudian, pada Selasa (14/2), tim Kemensos menyerahkan bantuan berupa paket sembako, nutrisi, perlengkapan kebersihan diri, bantuan sandang berupa perlengkapan ibadah, dan bantuan perlengkapan rumah tangga, seperti kasur, lemari, dan perlengkapan lainnya. Bantuan ini dipilih lantaran perlengkapan rumah tangga milik Nenek Asna sangat minim.  

Sehari-hari, Kakek Islak bekerja sebagai buruh tani menggarap sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Setiap panen mendapatkan bagi hasil sebanyak 2 kwintal gabah yang digunakan untuk makan sehari-hari.

Selain bertani, ia juga memiliki empat ekor kambing. Sementara Nenek Asna, membantu bekerja mencabut rumput di sawah. Terkadang, ia juga ikut bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan Rp25 ribu per hari.

Untuk menambah penghasilan, Kakek Islak ingin beternak bebek dengan pertimbangan lokasi rumah yang dekat persawahan cocok untuk memelihara bebek. Ada banyak keong dan bekicot yang dapat digunakan sebagai pakan. Dari segi perawatannya juga mudah dan tidak terlalu membutuhkan tenaga fisik yang berlebih.

“Hari itu juga (14/2), kita kasih bebek sama pakannya. Ada 25 ekor, dan pakan konsetrat 1 karung. Harapannya, hasil telur bisa dipakai untuk penambah nutrisi makan dan bisa juga dijual sehingga ada penambahan income,” ujar Sari.

Selanjutnya, dikatakan Sari, tim Kemensos mengantar Nenek Asna dan Kakek Islak untuk melakukan pemeriksaan di Poli Paru dan Kakek Islak di Poli Jiwa Puskesmas Seketi pada Rabu (15/2).

Nenek Asna sering mengeluhkan batuk yang tak kunjung sembuh. Sedangkan, Kakek Islak kerap tak bisa tidur, sakit kepala, dan merasa gelisah. Pada Senin (20/2), keduanya sudah melakukan kontrol di Puskesmas.

“Hasil pemeriksaan TB nya sudah keluar, Alhamdulillah negatif,” kata Sari

Sementara itu, dari sisi keberfungsian keluarga, Kemensos menggelar family meeting bersama Nenek Asnah, Kakek Islak, Risja, Kader Kesehatan Ibu Pupu, dan Pekerja Sosial dengan materi edukasi kepada anak dalam pendampingan minum obat, penguatan dukungan keluarga, dan penanaman nilai keluarga.

Adapun, keduanya memiliki lima orang anak. Empat orang tinggal di luar kota. Hanya Risja yang tinggal bersama. Selanjutnya, Kemensos akan memproses pengajuan RST bagi Nenek Asna dan Kakek Islak.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI