JAKARTA (28 Januari 2021) - Awal tahun 2021, Indonesia dilanda banyak sekali bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya terjadi 185 bencana mencakup bencana hidrometeorologi, gelombang pasang dan gempa bumi sepanjang 1 hingga 21 Januari 2021.
Banyaknya bencana yang terjadi di berbagai daerah menyulut ratusan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Keluarga Harapan (PKH) untuk terlibat langsung dalam penanganan bencana. Semua unsur SDM PKH di daerah mulai dari Koordinator Wilayah (Korwil), Koordinator Kabupaten (Korkab)/Koordinator Kota (Korkot), Administrator Pangkalan Data (APD) dan Pendamping Sosial PKH terjun langsung dalam penanganan bencana dan membantu penyintas bencana, khususnya SDM PKH di daerah tempat terjadinya bencana.
SDM PKH berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam penanganan bencana, seperti Taruna Siaga Bencana (Tagana), termasuk dinas maupun instansi terkait di daerah, mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Sosial, Perguruan Tinggi, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS), Poltekesos Bandung, hingga relawan-relawan lainnya di daerah.
Beragam kegiatan dilakukan oleh SDM PKH untuk membantu penyintas bencana, diantaranya Pembentukan posko bencana, terlibat di dapur umum, distribusi logistik kebutuhan pengungsi, sampai Layanan Dukungan Psikososial (LDP).
“Peran SDM PKH yaitu membantu pelaksanaan LDP bagi penyintas bencana banjir, baik anak-anak maupun orang tua; membantu dalam pembagian kebutuhan pokok korban atau pengungsi, baik permakanan, pakaian, maupun kebutuhan lainnya,” tutur SDM PKH Provinsi Kalimantan Selatan, Dedi Hidayat saat dihubungi melalui telepon seluler, Kamis (27/1).
Keterlibatan Dedi dalam penanganan bencana banjir di Kalsel, terutama di shelter pengungsian BBPPKS Banjarmasin, lebih cenderung pada LDP dalam bentuk pemberian keterampilan 'Origami' kepada anak-anak.
"Mereka sangat antusias dan senang mengikuti kegiatan ini. Selain itu, saya juga membantu pengadaan bahan baku sembako untuk logistik dengan berbelanja ke pasar," tambahnya.
Pengalaman serupa juga disampaikan oleh SDM PKH Provinsi Sulawesi Barat, Andy Pratama HR. Ia mengisahkan peran SDM PKH dalam bencana yakni membantu mendistribusikan logistik, berupa kebutuhan pokok, kepada penyintas bencana gempa bumi, meski dengan akses tersulit di beberapa desa di kecamatan Malunda, Tappalang, dan Tappalang Barat sekalipun.
"Saya mengkoordinir tim trauma healing untuk anak-anak korban bencana, yang dilakukan di beberapa titik posko bencana. Kegiatan trauma healing ini sangat membantu anak-anak yang trauma pasca gempa. Adapun kegiatan trauma healing ini sudah berjalan di beberapa titik posko bencana," ujar Andy yang sudah terlatih melakukan trauma healing di beberapa kejadian bencana sebelumnya.
Lain lagi, SDM PKH Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Dini Nurlatifah. Ia bersama Tagana Kabupaten Sumedang, membantu dapur umum dan menyalurkan donasi kepada korban bencana tanah longsor Cimanggung, Kabupaten Sumedang.
Sementara itu, SDM PKH Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Putu Rai Ilham Akbar, bersama Korwil setempat membentuk Tim Ekspedisi untuk menjangkau korban tanah longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
"Saya harus menuju Kecamatan Sukajaya dengan akses sangat sulit, masuk sekitar 6 km dari jalan raya utama untuk (bisa) sampai (di) perbatasan Sukajaya. Karena akses jalan tertimbun longsor, sehingga sulit untuk membawa logistik bantuan, kami harus memanggul logisitk dengan berjalan kaki antara dua sampai tiga jam," kisah Putu.
Perasaan campur aduk dirasakan oleh SDM PKH yang terlibat dalam pengananan bencana. Kontribusi untuk terlibat itu berangkat dari rasa iba melihat peristiwa bencana yang terjadi hampir dalam waktu bersamaan di sekitar mereka. Hal itu ditambah dengan munculnya penyintas terdampak bencana dengan kondisi memprihatinkan dan mengharuskan mereka tinggal di pengungsian-pengungsian.
“Tentu (kami ikut) merasa senang ketika melihat mereka merasa senang, meski harus tinggal sementara waktu di pengungsian. Setidaknya, kami dapat mengurangi sedikit beban atau perasaan sedih mereka pasca rumah mereka terendam banjir, atau tertimbun longsor, atau bahkan kehilangan tempat tinggal akibat rusak diguncang gempa,” pungkas Putu.