LOMBOK (9 Desember 2024) – Salah satu penyebab katarak biasanya karena faktor usia terutama terjadi terhadap para lanjut usia (Lansia).  Sebagai wujud negara hadir, Kementerian Sosial dengan tagline ‘Kementerian Sosial Selalu Ada’ menggandeng Pemprov NTB dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menggelar Bakti Sosial Operasi Katarak. 

Sebelumnya para Lansia diasesmen dan harus lolos diseleksi kelayakan mengikuti operasi katarak. Para Lansia pun mengaku sangat senang. Rasa ingin sembuh dirasakan oleh Alimudin (69), yang sudah bertahun-tahun mata kirinya tidak bisa melihat jelas dan mengaku pernah berobat.

“Melihat dengan mata kiri itu, satu benda terlihat jadi tiga benda, ” ujar  Alimudin di RS Harapan Keluarga, Kab Lombok Tengah, Senin (9/12).  Usai dioperasi katarak, Alimudin pun berharap matanya bisa sehat kembali dan bisa beraktivitas di kebun atau ladang seperti sedia kala. 

“Ingin bisa melihat lagi maka saya tidak takut dan tidak terasa apa-apa saat dilakukan operasi, ” ungkap warga Motong Tanggak, Ds/Kec. Pringgarata, Kab Lombok Tengah ini.  Hal senada dirasakan oleh Ibu Rambik (60), di mana kedua matanya mengalami gangguan kabur, sehingga menggangu aktivitas sehari-hari. 

“Bisa melihat dari jarak dekat saja. Dikasih jauh sedikit, mata saya tidak melihat dengan jelas sama sekali ” ujar warga Ketangga, Ds Boyot. ini  Rambik pun bercerita, bahwa saking ingin sehat matanya ia berusaha untuk ke dokter tapi apa daya tidak ada kemampuan untuk berobat. 

“Terima kasih banyak ya Bapak Menteri Sosial. Moga mata saya bisa kembali melihat dengan jelas, ” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. Dokter Wulan, salah seorang dokter yang bertugas melakukan operasi katarak terhadap 192 pasien yang terdaftar dari kalangan Lansia. 

“Senang karena banyak sekali dibantu oleh Kemensos, mengingat kebutaan Indonesia di dunia nomor dua dan Provinsi NTB ada di urutan kedua terbanyak setelah Jawa Timur,  ” kata Wulan. Dampak kebutaan menyebabkan kulitas hidup turun hingga 80 persen dan harapan hidup turun juga jika dibandingkan orang yang bisa melihat. 

“Angka harapan hidup orang tak melihat lebih rendah dan mengalami depresi. Katarak itu ada masanya misalnya, katarak hipermature yang komplikasi tidak bisa dioperasi, sekaligus jadi beban Kemensos karena jadi penyandang disabilitas, ” pungkasnya.