BEKASI (23 Januari 2024) - Para penghuni rumah susun Kementerian Sosial di Sentra Terpadu "Pangudi Luhur" di Bekasi sangat bersyukur karena mereka bisa menempati rusun tersebut, sementara belum membayar, padahal fasilitas rusun sangat memadai. Selain ruangan yang cukup luas, berukuran 6 x 7 meter, fasilitas yang tersedia di setiap ruangan juga sangat lengkap seperti tempat tidur susun, meja makan, kompor gas dan peralatan dapur hingga kamar mandi yang sangat bersih.
“Kami belum dikenakan bayaran, hanya diharuskan membeli token listrik sendiri,” kata Mariani (40) salah seorang penghuni rusun Sentra Terpadu "Pangudi Luhur" (STPL) di Bekasi. Kalaupun membayar, sama seperti rumah susun lainnya yang dikelola Kemensos, penghuni hanya perlu membayar Rp10.000 per bulan.
Padahal rumah susun yang dikelola Kemensos, sangat bersih dan nyaman. Mirip hotel yang ada di film-film. “Karena itu, saya sangat bersyukur boleh menempati rusun ini,” kata Mariani yang sudah empat bulan menempati rusun STPL.
Rusun yang dibangun tahun 2023 tersebut terdiri atas lima lantai dan 95 kamar. Rusun tersebut hasil kerja sama Kemensos dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta ditujukan untuk keluarga pra-sejahtera atau kelompok miskin dan rentan, serta penyandang disabilitas.
Karena diperkenankan tinggal di rusun, Mariani tidak perlu lagi mengeluarkan uang sewa rumah petak yang pasarannya sekitar Rp400.000 – Rp700.000 per bulan, dan fasilitasnya sangat terbatas tidak selengkap di rusun. “Uang sewa rumah petak bisa dipakai untuk biaya sekolah anak,” kata Mariani yang anaknya kini sekolah di jenjang SMP dan SD.
Selain diperkenankan tinggal di rusun Kemensos, para penghuni juga dilatih berbagai keterampilan dan berusaha. Sejumlah penghuni misalnya, menjahit sandal untuk keperluan hotel dan upahnya bisa menopang ekonomi keluarga atau ditabung.
Syarifudin, Penyuluh Sosial Ahli Madya di Sentra Terpadu Pangudi Luhur mengatakan, para penghuni rusun memang didorong untuk bekerja dan berusaha agar perekonomian keluarganya bisa membaik. Uang sewa rumah yang biasanya mereka keluarkan, diupayakan untuk ditabung sehingga setelah dua tahun tinggal di rusun, mereka memiliki rumah sendiri meskipun sederhana. “Rumah susun kemudian bisa ditempati warga lainnya dari kelompok pra-sejahtera yang membutuhkan tempat tinggal,” kata Syarifudin.
Penghuni rusun STPL sangat senang tinggal di rusun tersebut. Selain fasilitasnya lengkap, juga tersedia berbagai fasilitas pendukung seperti arena bermain anak, toko serba ada hingga jasa laundry. “Secara jujur, saya harus mengucapkan terima kasih kepada Mensos Bu Risma yang telah memperhatikan kami, keluarga pra sejahtera,” kata Mariani.