"Saya KTP daerah Sumatera Selatan, (disini) cuma ngontrak. Sementara tinggal di Tangsel untuk bekerja,” ujar Redi Wahyudi usai menerima sembako dari Menteri Sosial, Juliari P. Batubara.

Ia mengisahkan kali pertama dilakukan pendataan sebagai calon penerima bansos sembako, dengan status warga non-KTP Tangsel oleh Ketua RT tempatnya tinggal. Ia menduga mendapatkan bansos lantaran kurang mampu secara ekonomi.

“Sebenarnya, kata Pak RT, ini penambahan (data penerima sembako), seharusnya untuk orang-orang dengan KTP Tangsel, sedangkan saya bukan (KTP) Tangsel. Tapi, Pak RT minta KTP dan KK, mungkin dilihat kami bukan orang mampu, dari situ kami didata,” terang bapak dua anak ini.

Mengaku sudah empat tahun terakhir tinggal di Tangsel, dan pekerjaannya sebagai satpam pada sebuah perusahaan terdampak akibat COVID-19, ia dan keluarga bersyukur mendapat sembako seperti warga Tangsel lainnya.

“Kami bersyukur sekali, soalnya kami bukan orang setempat, tapi karena kebijakan RT yang meninjau langsung ke warganya, jadi kami dapat,” ungkapnya penuh syukur.