Webinar Diari Anak: Pengalaman Anak-anak Indonesia Menghadapi Pandemi Covid-19

  • Webinar Diari Anak: Pengalaman Anak-anak Indonesia Menghadapi Pandemi Covid-19
  • 16272264338767
  • 16272264187603
  • 16272264261973
  • 16272264226330

Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

JAKARTA (25 Juli 2021) - Kementerian Sosial RI terus memeriahkan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2021 dengan berbagai rangkaian acara menarik. Rangkaian acara di Hari ke-5 ini diisi dengan Webinar Diary Anak: Pengalaman Anak-anak Indonesia Menghadapi Pandemi Covid-19.

Terdapat perubahan pola hidup anak akibat Pandemi Covid-19, baik bagi anak yang sudah bersekolah maupun yang belum bersekolah. Namun bagaimana pun kondisinya, orang tua harus memastikan terpenuhinya hak-hak anak seperti tumbuh kembang yang baik, anak yang selalu gembira dan penuh kreativitas.

Oleh karena itu, acara ini digelar untuk menggugah empati semua anak Indonesia dan orang tua, memberikan pengetahuan tentang Covid-19 serta membangun optimisme anak-anak dalam melalui masa Pandemi Covid-19.

Webinar ini dimoderatori oleh Dosen Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, Rini Hartini Winda. Selain itu, webinar ini juga menghadirkan beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya dan narasumber anak yang merupakan penyintas Covid-19.

Beberapa anak penyintas Covid-19 pun menceritakan pengalamannya menghadapi Covid-19, mulai dari bagaimana perasaan anak jika terpapar, bagaimana perasaan mereka jika orang tua mereka yang terpapar hingga cara mereka menjaga kesehatan agar sembuh dari Covid-19.

Maheswara, salah satu narasumber anak menceritakan kecemasannya saat terpapar Covid-19. "Yang paling membuat cemas dan khawatir saat kena corona itu takut gak sembuh. Tapi saya berusaha minum obat dan berdoa supaya cepat sembuh," kenangnya.

Berbeda dengan Anisa Fitria, narasumber anak yang merasa khawatir saat isolasi mandiri. "Yang paling berat dirasakan saat isoman (isolasi mandiri) itu gak bisa kumpul dengan keluarga," celotehnya.

Kecemasan lain juga disampaikan Anisa Tri, narasumber anak yang cemas akan stigma. "Saya khawatir pandemi ini berlangsung semakin lama, jadi saya tidak bisa menikmati masa di SMA. Saya juga takut stigma, dijauhin kalau kita kena Covid-19," katanya.

Psikolog Klinis dan Keluarga, Nurina menyampaikan bahwa dari sudut pandangnya sebagai psikolog, apa yang disampaikan anak-anak ini wajar. "Khawatir itu mendekati sehat. Karena survival itu akan semakin kuat dan tinggi didukung juga oleh keluarga," tuturnya.

Covid-19 ini, sambung Rina, membuat anak-anak terbatas ruang sosialnya, rasa khawatir kehilangan, rasa jenuh belajar daring dan sebagainya. Orang tua dan lingkungan perlu memberi dukungan kepada anak berupa warna emosi. Jadi lingkungan harus memberi warna emosi yang positif kepada anak agar mereka bisa melalui ini dengan baik tanpa kekhawatiran yang berlebihan.

Consultant of Infectious and Tropical Pediatrics, Nina Dwi Putri menyampaikan bahwa saat ini muncul Covid-19 dengan berbagai varian karena virus awal yang berkembang dan beradaptasi. Banyak anak yang tertular saat ini karena banyak juga orang dewasa di sekitar anak-anak yang terpapar.

"Supaya bisa terhindar dari Covid-19, kalian bisa lawan dengan satria hebat yaitu diri kalian sendiri dengan cara belajar di rumah, main di rumah dan mematuhi protokol kesehatan 3M, Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjauhi Kerumunan," jelas Dokter Nina.

Deputy Program Impact and Policy Save The Children, Tata Sudrajat membenarkan pernyataan Dokter Nina. Dalam masa pandemi, anak diminta belajar di rumah. Dukungan dari Pekerja Sosial untuk anak-anak di masa pandemi ini yaitu pendampingan.

Pekerja Sosial bisa melakukan manajemen kasus agar intensif menangani anak, tahu kondisi tubuh anak, relasi hingga kondisi keluarganya. Dari asesmen itu bisa direncanakan bersama anak dan keluarga kebutuhan apa yang diperlukan anak.

Selain itu, hal pokok lainnya adalah menanyakan perasaan anak. "Tanyakan selalu bagaimana perasaannya. Kemudian pilah informasi yang perlu disampaikan tentang kondisi pandemi. Jangan sampai memberi informasi yang menambah kesedihan anak dan kekhawatiran anak," jelas Tata.

Dalam webinar juga disampaikan terkait pentingnya vaksin. "Fungsi vaksin supaya adik-adik mendapatkan kekebalan tubuh dari virus yang sudah dilemahkan. Virusnya ini yang akan membuat badan kita lebih kuat saat terpapar dan tidak parah kondisinya," ungkap Dokter Nina.

Dirinya juga menyampaikan bahwa saat ini pemerintah sudah membuat vaksin bagi anak usia 12 tahun ke atas. Ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi anak-anak dari paparan Covid-19.

Clift, narasumber anak juga menyampaikan bahwa orang dewasa juga punya peran penting. “Dibutuhkan kesadaran orang dewasa akan protokol kesehatan dan menjaga sesama agar tetap aman dan sehat," jelas Clift.

Anak di era Pandemi Covid-19 juga tercatat sebagai anak yang kuat dan hebat, karena harus menghadapi kondisi yang tidak biasa. Melatih kemandirian jika orang tua ada yang terpapar Covid-19, meningkatkan kemampuan di bidang teknologi karena harus belajar daring dan mampu melatih emosi.

Webinar ini diikuti oleh 550 anak dan orang tua dari seluruh Indonesia, juga Kementerian/Lembaga terkait serta Civitas Akademika dari berbagai universitas di Indonesia secara virtual.
Bagikan :