Langkahnya memang tak sempurna, namun Tuhan tak lupa memberinya cinta. Ketidak sempurnaan fisiknya tak menyurutkannya untuk terus bekerja dan bekerja.

Sabarudin Gultom, seorang pria berusia 48 tahun dan ayah dari dua orang anak ini tak kenal lelah berjuang dalam keterbatasan fisiknya. Dia membuka usaha jasa service elektronik. Pekerjaan ini dia lakukan sejak muda hingga sekarang. Dan pekerjaan itu pun yang mempertemukannya dengan istrinya, Herni.

Keterbatasan fisik tak lantas membuat Gultom berpangku tangan. Ketekunan dan kerja keras dengan keahliannya itu membuatnya dikenal di sekitar Nusa Indah Kota Jambi sebagai tukang service yang profesional. Herni pun tak segan membantu suaminya memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Herni berjualan jajanan pasar dan pesanan makanan dari kerabatnya.

Pengalaman bertahun-tahun Gultom sebagai tukang service elektronik bukan tanpa kendala. Kesulitannya untuk bepergian sendiri membuatnya harus kehilangan pelanggan karena tak bisa memenuhi panggilan service yang datang. Kesedihan Gultom ini menjadi perhatian Herni untuk mencarikan bantuan bagi suaminya. Berbekal informasi dari kerabatnya, Herni memberanikan diri bertanya pada salah seorang pelanggannya yang bekerja sebagai Pendamping Rehabilitasi Sosial di Kota Jambi.

Pertanyaan Herni ini pun ditindak lanjuti. Septi sebagai pendamping Rehsos kota Jambi berkoordinasi dengan Sentra Alyatama dan Dinsos Kota Jambi. Tindak lanjut berupa asesmen pun dilakukan. Berbekal hasil asesmen dan kajian yang dilakukan, Kementerian Sosial Hadir melalui program Atensi untuk disabilitas.

Gultom pun mendapat satu unit motor roda tiga untuk membantu usahanya. Kesulitan yang selama ini menjadi kendala semangatnya bekerja terpecahkan sudah. Gultom kini tak perlu lagi menunggu sang istri atau membatalkan panggilan para pelanggan. Perjuangan Gultom mencari nafkah untuk istri dan kedua anaknya teringankan dengan kehadiran motor roda tiga yang telah dimodifikasi Kementerian Sosial untuk penyandang disabilitas. Bahkan, motor ini pun seringkali Herni gunakan untuk berkeliling berjualan makanan.

Begitulah cinta, tak pernah memandang rupa, dan selalu berjuang untuk cintanya