TANGERANG SELATAN (22 Desember 2022) - Menteri Sosial Tri Rismaharini menerima penghargaan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Perguruan tinggi terkemuka di Indonesia ini memandang sosok Mensos sebagai figur yang inspiratif.
Penghargaan disampaikan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis dalam Seminar Nasional "Multi Peran Perempuan dalam Bingkai Hari Ibu".
Dalam sambutannya, Mensos menyatakan ucapan terima kasih kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan segenap civitas akademika. "Terima kasih atas apresiasi dan amanah yang diberikan kepada saya. Mudah-mudahan saya bisa menjaga amanah yang diberikan dengan sebaik-baiknya," kata Mensos, Kamis (22/12).
Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi VIII Tb Ace Hassan Syadzily dan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan penghargaan "Perempuan Inspiratif" kepada Mensos terkait sejumlah capaian. Di antaranya, Mensos berhasil membawa Kemensos memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada Laporan Keuangan (LK) tahun 2021.
Kemudian, penerapan program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA), yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga dari keluarga prasejahtera. Penghargaan Pelaksana Program Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) dari Kemendes PDTT juga menjadi pertimbangan.
Apresiasi juga diberikan terkait bantuan sosial PKH, Program Sembako, pemberdayaan sosial, Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI), dan respon cepat terhadap permasalahan sosial di seluruh negeri.
Lalu, adanya apresiasi Moeslimchoice dalam perbaikan data; penghargaan Nawacita Award 2022 dan kiprahnya sebagai muslimah berprestasi kinerja terbaik dan teladan dari PNS, politisi, Walikota Surabaya, hingga menjadi Menteri Sosial Republik Indonesia.
Dalam sambutannya, Mensos menjelaskan berbagai tantangan dalam rangka tugas di Kemensos, terutama terkait penanganan terhadap perempuan. Ia menyatakan, masih banyak kasus-kasus kekerasan seksual anak perempuan oleh keluarga dekat.
"Ini fenomena apa? Apakah karena faktor agama yang lemah? Tapi, nyatanya, banyak pelaku yang justru dekat dengan institusi agama," katanya.
Mensos juga menemukan banyak ibu yang meninggalkan anaknya untuk bekerja atau untuk alasan lain. "Dalam kunjungannya ke Riyadh, misalnya, ada ibu yang sudah bekerja selama 10-20 tahun," katanya.
Fenomena ini berdampak pada pengasuhan anak di keluarga. Anak yang ditinggalkan rentan menghadapi kekerasan, termasuk kekerasan dari keluarga dekat.
Keluarga merupakan kunci untuk mengatasi masalah seperti kondisi seperti ini. "Saya, bahkan, menelepon langsung ibu dan majikannya di Arab tempat mereka bekerja agar ibunya balik ke tanah air. Kita fasilitasi. Dan di sini, ibu kita ajari usaha, keterampilan. Alhamdulillah, beberapa berhasil," katanya.
Mensos juga menjelaskan adanya tantangan lain dalam perjuangan mengangkat derajat dan peran perempuan. Di pedalaman Papua, Kemensos memberikan keterampilan menjahit dan menyulam kepada ibu-ibu.
Namun, dalam beberapa kondisi, tidak bisa diberikan mesin jahit listrik, "Karena tidak ada listrik. Di Papua, kita hanya bisa kasih bantuan mesin jahit manual," katanya.
Sementara itu, di Nusa Tenggara Timur (NTT), Mensos menemukan ibu-ibu yang naik perahu ke pulau seberang. Sebab air bersih susah didapat, kecuali naik perahu ke pulau seberang. "Dalam perjalanan kembali, ia harus menginap karena ombak sedang tinggi," katanya.
Masih banyak tantangan yang harus dihadapi pemerintah terhadap kaum perempuan di Indonesia. Begitu kompleksnya tantangan yang harus dihadapi, Mensos bersyukur banyak pihak yang hadir memberikan kontribusi, baik instansi pemerintah, masyarakat, dan juga dunia usaha.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI