BANDUNG (18 Maret 2021) - Revolusi komunikasi 4.0 telah membawa perubahan signifikan dalam  berbagai aspek kehidupan. Dampak dari revolusi 4.0 adalah perubahan cara manusia berpikir, hidup, dan pola relasi sosial.

Disrupsi terjadi pada berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya teknologi, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, dan sosial. Alumni Poltekesos Bandung harus mampu beradaptasi dan berinovasi dan mengubah tantangan menjadi peluang

"Untuk itu, saya meminta mahasiswa lebih banyak belajar langsung dari pengalaman di lapangan. Belajar bisa dimana saja, dengan siapa saja  kita tidak perlu takut dari zona nyaman," kata Menteri Sosial Rismaharini Rismaharini dalam kuliah umum di kampus Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos)  Bandung (18/03).

Mensos mengisahkan pengalaman berbincang dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tentang program Kampus Merdeka. Yakni suatu pandangan baru dengan belajar di lapangan, menemukan tantangan di lapangan dan menyelesaikannya di lapangan.

Ia meminta Civitas Academica Poltekesos menangkap ide ini dan tidak perlu khawatir untuk menjawab tantangan betapa pun beratnya. Ada pertanyaan besar yang menurut Risma perlu dijawab,  Poltekesos Bandung, yakni mengapa ada banyak orang  yang sudah lama menerima bantuan tapi tetap masih miskin.

Untuk menjawab tantangan ini, menurut Mensos, Civitas Academica Poltekesos Bandung harus mencari jawabannya di tengah-tengah masyarakat. Untuk menyelesaikan masalah seperti ini,  katanya,  tidak selalu harus mencari jawabannya dari bangku kuliah.

"Apakah dengan demikian ilmu kesejahteraan sosial tidak dipakai, tidak. Karena dunia selalu berubah. Kita harus mampu eksis, bisa  menjawab perubahan. Soalnya dunia akan selalu berubah. Jadi jangan puas di zona nyaman.  Jangan khawatir karena kita punya Tuhan Yang Maha Kuasa,"  katanya.

Ia menyerukan kepada Poltekesos Bandung agar mampu meyelesaikan masalah dengan berpikir inovatif dan berkolabirasi. "Kalau tidak bisa dijawab sendiri kita bisa bermitra. Saat ini kita kenal era crowd funding," katanya.

Saat ini tantangan dalam pembangunan kesejahteraan sosial sangat rumit dan dinamis. Suatu ketika ia meminta jajarannya untuk mampu menciptakan kursi roda elektronik. Ini untuk membantu Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yang mengalami disabilitas berat yang tidak bisa dibantu hanya dengan kursi roda biasa.
 
"Tantangan ini harus dijawab. Untuk bisa menjawab itu, tidak harus dikerjakan sendir-sendiri. Caranya di abad 21 ini kita tidak harus bekerja sendiri. Kita bisa berkolaborasi, " katanya.

Mensos memberikan sejumlah contoh dan pengalaman dimana selama pengabdiannya di berbagai tempat,  ia menyelesaikan masalah di lapangan. Seperti saat menghijaukan Kota Surabaya,  ia mengisahkan bagaimana sampai jam 02.00 menaman bunga dan pohon id sejumlah titik di Kota Surabaya.

Kemudian juga saat ia mencari penyebab banjir di Kota Pahlawan pada saat awal-awal ia memimpin sebagai wali kota. "Saya cari itu sampai malam. Sampai saya hampir hanyut. Akhirnya ketemu dimana titik penyebab banjir. Sampai sekarang,  Surabaya tidak pernah banjir lagi,"  katanya.

Dengan penjelasannya tersebut,  Mensos menekankan bahwa di era Revolusi Industri 4.0 dewasa ini, telah terjadi perubahan fundamental.  Civitas Academica Poltekesos Bandung harus siap menjawab setiap tantangan.

Hadir mendampingi Mensos, Kepala Badan Pendidikan Pelatihan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Syahabuddin dan jajaran serta segenap Civitas Academica Poltekesos Bandung.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI