KEPULAUAN TANIMBAR (27 Juni 2024) - Menteri Sosial Tri Rismaharini menerjunkan tim untuk memasang instalasi pengolahan air bersih berteknologi canggih di Desa Lermatang, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku. Pembangunan instalasi pengolahan air bersih dilakukan untuk membantu masyarakat mengatasi krisis air bersih pada saat musim kemarau. "Kalau sebelum ada bantuan air ini, ngambil airnya dimana?" tanya Mensos Risma kepada sekelompok warga yang diajaknya berdialog. Seluruh warga yang hadir pun serentak menjawab air diambil di "sumur tua".
Kabupaten Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu wilayah pesisir terluar Indonesia yang berbatasan laut langsung dengan Australia. Meskipun hampir 80 persen luas wilayahnya merupakan perairan, Tanimbar sering dihantui ancaman bencana kekeringan yang acapkali melanda saat musim kemarau. "Musim kemarau terjadi bulan Oktober-Desember, warga kalau kesulitan air, ambilnya dari mata air/sumur tua di hutan," terang Mesak Tapdare (52), Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Desa Lermatang, Kec. Tanimbar Selatan. Pada musim kemarau, warga berbondong-bondong mengambil air di "sumur tua", tak jarang harus mengantre sebanyak 20 orang. Bahkan jika sumur kering karena banyaknya yang mengambil air, warga harus menunggu 1 jam untuk menunggu air sumur tua terisi kembali. "Ketika kemarau air kering, warga sulit air dan konsumsi air sembarangan sehingga banyak terkena diare," sambung Mesak menambahkan.
Warga Desa Lermatang menamai sumber air di desanya dengan sebutan sumur tua bukan tanpa sebab, karena sumur tersebut sudah ada sejak tahun 1.800 dan menjadi sumur adat turun temurun yang dihormati oleh mereka. Bahkan, terdapat mitos air sumur tua memiliki khasiat penyembuhan jika diminum oleh orang sakit. Masyarakat percaya air sumur mampu mendeteksi jika ada orang yang memiliki ilmu hitam masuk ke Desa Lermatang, maka seketika air akan tampak mendidih. Mitos lainnya adalah, setiap orang yang ingin masuk ke area sumur tua maka harus membawa batu kecil di sekitar dan melemparkan batu itu ke dalam sumur. Hal itu sebagai penghormatan warga lokal dan telah menjadi budaya adat istiadat yang tak terlepaskan dari keseharian mereka.
Sumur tua yang memiliki nama asli "Wetutune Wempas Dalam" itu terletak di tengah hutan, membutuhkan waktu 20 menit ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan setapak. Warga biasa membawa 2 jeriken ukuran 5 liter dan ditenteng di kiri dan kanan tangannya, kadang membutuhkan 4 kali angkut untuk kebutuhan air 1 keluarga. Namun ketika kemarau tiba di bulan Oktober-Desember, air sumur tua kering dan warga terpaksa mengonsumsi air tidak layak konsumsi.
Kondisi krisis air di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca, karena curah hujan bulanan hanya 2-3 mm di bulan September-Oktober. Kendala lainnya, listrik di Desa Lermatang acapkali padam dan menyebabkan distribusi air bersih di sana mati total, sehingga Mensos Risma akan membangun instalasi pengolahan air bersih layak minum bertenaga surya yang dilengkapi solar cell berkapasitas 8.000 watt peak.
Pemberian bantuan instalasi air bersih ini merupakan rangkaian kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh Kemensos di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Kemensos memasang instalasi pengolahan air bersih layak minum berteknologi canggih reverse osmosis tenaga surya di Desa Lermatang dengan total kapasitas 4.000 liter. Terdapat 2 tandon air yang digunakan untuk mengolah air sungai menjadi air bersih. Instalasi ini mampu menghasilkan 1 liter air per detik dengan total produksi air layak minum 6.000 liter per hari. Air sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan 445 keluarga. Unit yang sudah dibangun saat ini adalah 2 unit tandon penampung air bersih, 1 tandon penampung air layak minum, 1 unit mesin reverse osmosis. Untuk komponen unit panel surya masih dalam proses pendistribusian.
Kabupaten Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu wilayah pesisir terluar Indonesia yang berbatasan laut langsung dengan Australia. Meskipun hampir 80 persen luas wilayahnya merupakan perairan, Tanimbar sering dihantui ancaman bencana kekeringan yang acapkali melanda saat musim kemarau. "Musim kemarau terjadi bulan Oktober-Desember, warga kalau kesulitan air, ambilnya dari mata air/sumur tua di hutan," terang Mesak Tapdare (52), Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Desa Lermatang, Kec. Tanimbar Selatan. Pada musim kemarau, warga berbondong-bondong mengambil air di "sumur tua", tak jarang harus mengantre sebanyak 20 orang. Bahkan jika sumur kering karena banyaknya yang mengambil air, warga harus menunggu 1 jam untuk menunggu air sumur tua terisi kembali. "Ketika kemarau air kering, warga sulit air dan konsumsi air sembarangan sehingga banyak terkena diare," sambung Mesak menambahkan.
Warga Desa Lermatang menamai sumber air di desanya dengan sebutan sumur tua bukan tanpa sebab, karena sumur tersebut sudah ada sejak tahun 1.800 dan menjadi sumur adat turun temurun yang dihormati oleh mereka. Bahkan, terdapat mitos air sumur tua memiliki khasiat penyembuhan jika diminum oleh orang sakit. Masyarakat percaya air sumur mampu mendeteksi jika ada orang yang memiliki ilmu hitam masuk ke Desa Lermatang, maka seketika air akan tampak mendidih. Mitos lainnya adalah, setiap orang yang ingin masuk ke area sumur tua maka harus membawa batu kecil di sekitar dan melemparkan batu itu ke dalam sumur. Hal itu sebagai penghormatan warga lokal dan telah menjadi budaya adat istiadat yang tak terlepaskan dari keseharian mereka.
Sumur tua yang memiliki nama asli "Wetutune Wempas Dalam" itu terletak di tengah hutan, membutuhkan waktu 20 menit ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan setapak. Warga biasa membawa 2 jeriken ukuran 5 liter dan ditenteng di kiri dan kanan tangannya, kadang membutuhkan 4 kali angkut untuk kebutuhan air 1 keluarga. Namun ketika kemarau tiba di bulan Oktober-Desember, air sumur tua kering dan warga terpaksa mengonsumsi air tidak layak konsumsi.
Kondisi krisis air di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca, karena curah hujan bulanan hanya 2-3 mm di bulan September-Oktober. Kendala lainnya, listrik di Desa Lermatang acapkali padam dan menyebabkan distribusi air bersih di sana mati total, sehingga Mensos Risma akan membangun instalasi pengolahan air bersih layak minum bertenaga surya yang dilengkapi solar cell berkapasitas 8.000 watt peak.
Pemberian bantuan instalasi air bersih ini merupakan rangkaian kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh Kemensos di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Kemensos memasang instalasi pengolahan air bersih layak minum berteknologi canggih reverse osmosis tenaga surya di Desa Lermatang dengan total kapasitas 4.000 liter. Terdapat 2 tandon air yang digunakan untuk mengolah air sungai menjadi air bersih. Instalasi ini mampu menghasilkan 1 liter air per detik dengan total produksi air layak minum 6.000 liter per hari. Air sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan 445 keluarga. Unit yang sudah dibangun saat ini adalah 2 unit tandon penampung air bersih, 1 tandon penampung air layak minum, 1 unit mesin reverse osmosis. Untuk komponen unit panel surya masih dalam proses pendistribusian.