JAKARTA (6 Oktober 2019) - Populasi lanjut usia (lansia) cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan kualitas hidup manusia di Indonesia. Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi lansia, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya mengimplementasikan empat aspek kebijakan.

Pertama, membangun keluarga harus sadar akan kesehatan lansia secara utuh. “Keluarga merupakan unsur terpenting bagi bangsa dan negara. Dari keluarga kita bisa berharap bisa mewujudkan lansia yang aktif, sehat dan tetap berguna untuk bangsa dan negara,” kata Mensos dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial Edi Suharto dalam seminar dan talkshow “Kiat Sukses Menjadi Lansia Aktif, Sehat dan Tetap Berguna untuk Bangsa dan Negara”, di Jakarta, Minggu (6/10).

Mewakili Mensos, Edi hadir sebagai pembicara kunci dalam seminar yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Lansia Aktip (Lantip) ini, yang menghadirkan beberapa lansia yang masih aktif.

Kesadaran keluarga dinilai cukup penting terutama dalam mendeteksi kerentanan lansia.  Edi menjelaskan, “Lansia perlu dipahami dari aspek kehidupan sebelumnya (fase anak, fase remaja dan fase dewasa) sesuai dengan pendekatan siklus hidup. Nah, penguatan keluarga semacam ini merupakan tugas pemerintah pusat dan daerah.”

Kedua, semua pihak termasuk pemerintah pusat dan daerah dituntut proaktif memberikan dukungan. Masyarakat diharapkan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada lansia antara lain dengan memberi kesempatan kerja sesuai kemampuan dan menyediakan ruang-ruang publik untuk mengekspresikan diri para lansia.

Sarana layanan dukungan bagi lansia seperti sarana peribadatan, layanan dukungan mental, dan spiritual penting disiapkan. Selain itu, diperlukan adanya jaminan kesehatan lansia terlantar di panti jompo atau panti sosial agar lansia merasa dipedulikan dan tidak terasingkan.

Ketiga, sejalan dengan inovasi teknologi komunikasi, penggunaan teknologi dalam mendukung layanan terhadap lansia dipandang penting karena dapat mewujudkan lansia yang mandiri dan tidak membebani keluarga. Misalnya, dengan memberikan akses layanan negara secara online, baik layanan konsultasi kesehatan, konsultasi ekonomi, dan sosial.

Yang terakhir namun tidak kalah penting adalah aksi nyata pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan kemudahan pada lansia dalam penggunaan fasilitas umum. Di antaranya, puskesmas ramah lansia, fasilitas gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, dan taman kota, dan sebagainya. Dengan ditata ulangnya seluruh sarana tersebut sesuai dengan kebutuhan khusus dan keterbatasan lansia, maka mereka dapat beraktifitas dengan nyaman dalam kehidupan sehari-hari.

Empat catatan tersebut tidak lepas dari data statistik lansia berdasarkan sejumlah survei. Mengutip hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2018 bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia mencapai 24,49 juta jiwa.

Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Atau dalam istilah lain, struktur demografi Indonesia tergolong berstruktur tua. “Maka kita harus mengambil langkah-langkah antisipatif agar lansia di Indonesia lebih sehat dan produktif agar dapat terus berperan dalam pembangunan bangsa,” sebutnya.

Pada kesempatan sama, Edi juga menyatakan, Kemensos memiliki satu program untuk lansia yang diberi nama Progres LU (program rehabilitasi sosial lanjut usia). Dimana di dalamnya, dari segi regulasi, Kemensos mendorong pengimplementasian UU lansia. Kedua, Kemensos sedang merapatkan barisan untuk merevisi UU tentang lansia itu.

“Ya mudah-mudahan tahun depan bisa masuk Prolegnas,” kata Edi. Dalam pelayanan terhadap lansia, Kemensos senantiasa melibatkan masyarakat, yakni Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) termasuk Lantip. Selain itu, program rehabilitasi untuk lansia dilakukan balai Kemensos dengan memperkuat kapasitas panti-panti di milik pemerintah daerah. Layanan juga dilakukan di luar panti dengan family support dan day care.

“Adapun jumlah lansia yang dibantu langsung Kemensos sebanyak 70.000 orang,” kata Edi.

Secara umum bantuan pusat (Kemensos) ada empat jenis. Pertama BANTU (Bantuan  Bertujuan), yakni pemberian bantuan dana semacam cash transfer yang diarahkan untuk memperkuat akses mereka terhadap pusat-pusat layanan lansia di sekitar tempat tinggal mereka. “Misalnya untuk layanan kesehatan. Terutama bagi lansia yang kurang mampu,” katanya.

Yang kedua bantuan berupa terapi. Layanan jenis terapi untuk lansia setidaknya ada empat, yakni terapi fisik berupa bantuan kesehatan, kegiatan-kegiatan fisik agar mereka tetap optimal. Kedua terapi psikososial, termasuk konseling-konseling, peningkatan kepercayaan diri supaya tumbuh semangat. “Jadi selain fisik, psikis juga kita perhatikan,” kata Edi.

Bantuan ketiga, kata Edi, berupa layanan mental spiritual. “Ini penting karena peningkatan spiritualitas kita semakin meningkat di usia tua,” katanya. Yang terakhir berupa lively hold  yang terdiri dari tiga jenis.

Pertama, life skill (keterampilan hidup) yang diharapkan bisa membantu diri lansia tetap bisa aktif memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Kedua, latihan vokasional yang menjadi perhatian Kemensos. Hal ini bertujuan agar lansia tetap bisa memiliki keterampilan sederhana serta bisa berkontribusi terhadap lingkungan seperti menjahit, melukis, dan sebagainya.

Yang terakhir adalah kemampuan wirausaha. “Meskipun usia lanjut bukan berarti tertutup kesempatan bagi lansia untuk berwirausaha. Bahkan dalam banyak kasus, orang justru meraih sukses berbisnis di usia lanjut,” kata Edi.


Plt Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Sosial RI

Sonny W Manalu