JAKARTA (20 Oktober 2022) - Suara emas Ardha Krisna Pratama menggema ke setiap sudut ruangan. Lagu Jawa yang dibawakannya menyergap masuk ke telinga para tamu para tamu penting dari Asia-Pasifik. Delegasi asing yang hadir, tentu tak akrab dengan lagu berbahasa Indonesia, apalagi Bahasa Jawa. 

Namun, cengkok Jawa dan alunan mendayu suara Ardha, sanggup menghipnotis hadirin, untuk menikmati lagu berjudul “Ojo Dibandingke”. Diiringi alunan musik dari gamelan Jawa, disabilitas netra yang masih duduk di bangku awal SMP ini, larut dalam penghayatan lagu yang belakangan tengah viral dan banyak dinyanyikan di aneka platform sosial media. 

Penglihatannya mungkin tidak sempurna, tapi jiwanya mampu menangkap suasana syahdu di dalam sana. “Senang, senang sekali rasanya, bangga. Ngga nyangkalah, bisa diundang untuk tampil menyanyikan lagu di acara berskala internasional kayak tadi,” kata Ardha, tertawa lepas, saat ditemui di Kantor Kementerian Sosial, Rabu petang (19/10).

Ardha memenuhi undangan panitia mengisi sesi pembukaan pertemuan tingkat tinggi Asia-Pasifik untuk penyandang disabiltas atau High-level Intergovermental Meeting on The Final Review of The Asian and Pacific Decade of Persons with Disabilities (HLIGM-APDPD), di Jakarta.

Agenda ini menghadirkan sebanyak 53 delegasi dari negara-negara yang tergabung dalam UNESCAP dan 9 negara asosiasi terintegrasi secara hybrid. Para delegasi yang hadir disuguhkan penampilan/pertunjukan dan hasil karya para penyandang disabilitas di seluruh Indonesia yang digandeng Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Diketahui dari sang ibu, Nani Susilowati (36), penampilan Ardha untuk menghibur tamu internasional di Jakarta, merupakan permintaan dari Kemensos. “Dari pihak Kemensos menghubungi kami, mau undang Ardha untuk nyanyi di depan tamu-tamunya dalam waktu dekat,” katanya mengingat awal mula ia dihubungi Kemensos.

Mendengar undangan dari Kemensos, Ardha, tanpa pikir panjang, langsung mengiyakan. “Langsung mau karena itu suatu kebanggaan. Kalau ada tamu, ada event yang lebih besar, lebih semangat Ardha. Ngga ada minder dia. Ngerasa bangga, karena tidak semua orang bisa bisa seperti Ardha,” ucap sang ibu haru.

Ardha mulai dikenal publik setelah suara emasnya didengar almarhum Didi Kempot pada suatu hajatan yang juga turut mengundang almarhum di tempat yang sama beberapa tahun silam. Momen itu mengantarkannya ke dapur rekaman untuk berduet dengan penyanyi yang dikenal dengan julukan 'Godfather of Brokenheart' itu. 

Sejak saat itu, pengalaman bernyanyi dari panggung ke panggung mulai ia jalani. Bernyanyi di hadapan tamu internasional, rupanya, bukan hal baru bagi Ardha. Pada Agustus 2022, ia juga pernah didapuk untuk menghibur tamu internasional saat pembukaan ASEAN Para Games di Solo. 

“Saya juga pernah diundang nyanyi di depan tamu internasional pas acara ASEAN Para Games di Solo,” katanya penuh percaya diri. Penampilan anak sulung dari pasangan Kristiyanto dan Nani pada agenda berskala internasional menjadi wujud pelibatan penyandang disabilitas dan pemenuhan hak-hak mereka untuk berkarya dan memiliki kesempatan yang sama.

Bocah yang mengalami gangguan penglihatan sejak lahir ini mengaku bercita-cita meneruskan karya-karya almarhum Didi Kempot. Di waktu mendatang, ia juga ingin menjadi seniman. “Saya ingin jadi seniman, bisa memainkan alat musik,” ucapnya. 

Kemampuannya dalam bermusik terlihat saat ia kerap klotekan, memukul-mukul meja yang menghasilkan irama tertentu dan ditangkap oleh sang kakek. “Awalnya, saya cuma klotekan di meja. Cuma saya pukul-pukul. Terus, saya minta dibelikan ketipung. Kakek juga bilang, “Wah, ketoke ono bakate iki (Kelihatannya punya bakat ini)”,” katanya menceritakan dukungan yang didapat dari keluarganya.

Selain bisa memainkan ketipung, ia pun kini tengah belajar memainkan alat musik gitar. Adapun, dalam hal akademis, bocah yang yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) A Yayasan Anak-anak Tuna (YAT) Klaten ini, mengaku dirinya bisa mengikuti pembelajaran dengan lancar, meski beberapa kali mendapat cemoohan akan kemampuannya dalam belajar.

“Wah, tuna netra iku isone gur ngopo? Itung-itungan iso po ra? (Tuna netra bisa apa? Berhitung apa bisa?” katanya menirukan kata orang lain, yang dijawabnya, “Wah, ngene-ngene, aku yo iso. Iso sinau, iso nyanyi, iso main musik (Meskipun hanya seperti ini, saya juga bisa. Bisa belajar, bisa menyanyi, bisa bermusik),” katanya.

Capaiannya dalam bidang seni dan akademis telah membuktikan bahwa disabilitas netra bukan merupakan halangan untuk tidak bisa melakukan apa-apa. Motivasi dan rasa percaya dirinya yang tinggi ini patut dijadikan teladan bagi orang-orang di sekitarnya. 

Ia, lantas, berpesan kepada teman-teman yang memiliki kondisi sama seperti dirinya agar meghilangkan ketakutan-ketakutan yang bercokol dalam diri. “Kadang-kadang, ada yang baru pertama ngga bisa melihat, itu ‘kan kadang ada yang takut, ini gimana, itu gimana. Ngga usah takut, yang penting biasa aja, terus semangat,” katanya bernada memotivasi.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI