Bantuan KUBE Perkuat Ketahanan Ekonomi di Tengah Pandemi

Bantuan KUBE Perkuat Ketahanan Ekonomi di Tengah Pandemi
Penulis :
UHH Ditjen PFM
Editor :
Intan Qonita N
Penerjemah :
Intan Qonita N

JAKARTA (23 November 2020) – Kementerian Sosial menyalurkan bantuan usaha ekonomi produktif total sebesar Rp47 miliar pada tahun 2020 kepada lebih dari 23 ribu penerima manfaat yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Menteri Sosial Juliari P. Batubara mengatakan “Melalui KUBE, anggota kelompok yang merupakan keluarga miskin dapat berjejaring dan mengembangkan potensi untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan demikian, KUBE dapat menjadi saluran yang tepat untuk menyasar masyarakat Indonesia yang paling terdampak pandemi COVID-19.”

“Pandemi COVID-19 berdampak cukup besar tidak hanya pada sektor kesehatan namun juga sektor ekonomi. Beragam bantuan sosial pemerintah diharapkan dapat membantu ketahanan ekonomi keluarga prasejahtera agar mereka dapat melalui kondisi yang sulit ini,” katanya.

Jumlah bantuan usaha ekonomi produktif kepada setiap KUBE ditentukan berdasarkan jumlah anggota KUBE. Perhitungannya adalah jumlah anggota KUBE dikalikan Rp2 juta. Jika masing-masing KUBE memiliki anggota sebanyak 10 orang, maka setiap KUBE mendapatkan bantuan sebesar Rp20 juta.

Keberadaan KUBE, lanjut Mensos, merupakan bagian dari upaya pemberdayaan sosial untuk memulihkan kondisi ekonomi masyarakat prasejahtera dari dampak COVID-19. Ia berharap melalui KUBE aktivitas ekonomi masyarakat prasejahtera dapat terus berjalan, dan pemenuhan kebutuhan dasar mereka dapat ditingkatkan secara kreatif dan inovatif, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.

E-Warong KUBE Mendukung Program Sembako

Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Asep Sasa Purnama mengungkapkan jenis usaha KUBE sangat beragam seperti usaha pembuatan tempe, pembuatan makanan khas daerah (dodol, keripik, kue, dll), warung sembako, konveksi (membuat baju, jilbab, mukenah, dll), peternakan ayam, peternakan kambing, dan lain sebagainya.

KUBE yang bergerak di bidang sembako, kini telah berkembang menjadi e-Warong KUBE yang melayani para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Sembako. Program Sembako merupakan program bantuan pangan non tunai dari Kementerian Sosial di bawah Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin yang disalurkan kepada keluarga prasejahtera. Penerima Program Sembako menerima bantuan uang sebesar Rp200 ribu per bulan untuk setiap penerima program. Uang tersebut dapat dibelanjakan kebutuhan pokok di e-Warung KUBE.

“Penerima manfaat KUBE juga penerima manfaat Program Sembako. Jadi siklus uang bansosnya terus berputar di sana, dari KPM untuk KPM,” kata Dirjen.

Agar usaha lebih terarah dan mencapai tujuannya, lanjut Asep, setiap KUBE akan didampingi oleh Pendamping KUBE, mulai proses pendirian hingga pelaksanaannya.  

“Pendamping KUBE membimbing dan mengarahkan anggota KUBE dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi usaha secara bersama-sama. Ini secara tidak langsung juga meningkatkan keterampilan anggota yang dapat memupuk kepercayaan diri mereka, dan tentunya mendorong tumbuhnya rasa kesetiakawanan di antara sesama anggota maupun dengan komunitas lain di lingkungannya,” kata Dirjen.

Salah seorang Pendamping KUBE di Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung, Prahara Lukita mengatakan sejak pandemi COVID-19, usaha e-Warong yang dijalankan oleh anggota KUBE di desa dampingannya tetap berjalan. “Alhamdulillah semua KUBE tetap berjalan selama pandemi. Proses jual beli, rapat anggota, maupun saat berbelanja sembako, dilakukan dengan memerhatikan protokol kesehatan,” katanya.

Ia mendampingi 10 KUBE, dimana setiap KUBE beranggotakan 10 orang. Total seluruhnya adalah 100 anggota dan semuanya adalah perempuan. “Mulanya ibu-ibu bermusyawarah usaha apa yang akan didirikan. Ternyata ingin mendirikan usaha warung sembako. Hal ini didasari fakta bahwa di wilayah mereka masih jarang berdiri warung sembako. Kalaupun ada, jaraknya sangat jauh dan perlu waktu serta ongkos untuk mencapainya,” kata sarjana Pertanian Universitas Lampung ini. 

Kemudian, lanjutnya, ada peluang bagi warung-warung ini menjadi penyedia kebutuhan pangan penerima bansos Program Sembako sehingga warung yang ada kemudian bertransformasi menjadi e-Warong.

Setiap bulan, ibu-ibu pengurus KUBE melayani para penerima bansos yang menggunakan uang bansos untuk berbelanja sembako.

“Selain itu, KUBE ini juga melayani penjualan token listrik, tarik tunai, dan transfer. Jenis komoditi yang dijual juga makin beragam, mulai dari jajanan anak-anak, air mineral galon, gas elpiji,” katanya.

Kisah pendampingan lainnya adalah Riska Safitri, yakni Pendamping KUBE di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

KUBE dampingan Riska terdiri dari kelompok ibu-ibu penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH). Ini merupakan wujud komplementaritas bantuan sosial dari Kementerian Sosial agar kelak para penerima PKH ini dapat berdaya dan mandiri secara ekonomi.

“Usaha ekonomi produktif yang dijalankan di antaranya persewaan tenda dan kursi untuk pesta, penjualan sembako, dan budidaya ternak,” kata Riska.  

Ia mengatakan melalui kelompok usaha ini ibu-ibu belajar mengelola keuangan, berkomunikasi dalam tim, dan saling bahu-membahu membesarkan usaha yang mereka bangun bersama.

Bagikan :