BALI (1 Desember 2020) - Hampir sebagian Besar penduduk Desa Bantas berprofesi sebagai petani dan berternak. Sayangnya pada masa pandemi
ini penghasilan dari mereka merosot tajam.
Dalam masa pandemi ini
mereka juga tidak hanya pasrah dan diam, mereka terus memutar otak untuk tetap
bisa mendapatkan penghasilan. Untuk hal ini mereka membuat Budidaya Maggot bayi larva lalat, black soldier fly yang mampu menguraikan sampah
organik dengan sangat cepat dalam jumlah besar serta potensi sumber mata air yang ada di desa
tersebut.
Menurut
Kepala Desa (Kades), Maggot berpeluang cukup besar untuk dijadikan sebagai
bahan baku alternatif pakan (ikan) berprotein tinggi bagi pertumbuhan ikan.
“Masyarakat mudah mengadopsi
produksi Maggot. Kemudian, dalam prosesnya Maggot juga bisa diproduksi menjadi
tepung (mag meal), sehingga bisa menekan biaya produksi pakan,” kata Kades
Bantas.
Pusat Penyuluhan Sosial
(Puspensos) Kementerian Sosial bersama-sama dengan Deputi Bidang Penguatan
Inovasi Nasional Kemenristek BRIN melihat potensi yang ada pada desa Bantas
ini.
Menurut kepala Puspensos
Hasim, Puspensos akan membuat Desa Bantas ini sebagai salah satu percontohan
sebagai Desa Inovasi Berketahanan Sosial.
Menurut Hasim, Kalau kemarin
kita sudah membentuk Desa Berketahanan
Sosial, sekarang saya membawa teman-teman dari
Deputi Bidang Penguatan Inovasi Nasional Kemenristek BRIN untuk mengupgrade
lagi menjadi Desa Inovasi Berketahanan Sosial.
“Teman-teman dari BRIN ini
mempunyai banyak kajian-kajian hasil penelitian yang kemudian nanti akan di
implementasikan kepada bapak ibu sekalian,” kata Hasim dalam kegiatan survey untuk
identifikasi Desa Inovasi berketahanan sosial, Selasa (1/12).
Upaya ini dilaksanakan
dengan melakukan transfer teknologi kepada masyarakat desa untuk dapat
meningkatkan nilai tambah dari suatu produk inovasi desa sebelum kemudian
diproduksi secara meluas ke masyarakat.