JAKARTA (8 September 2019) - Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) “Handayani” Jakarta menerima kunjungan Kepala Netherlands Coordinator for Security and Counter-terrorism (NCTV), Pieter-Jaap Aalbersberg, bersama delegasi NCTV. Agenda kunjungan kali ini untuk melihat bagaimana proses rehabilitasi sosial bagi anak dan keluarga terpapar radikalisme yang selama ini telah dilaksanakan di BRSAMPK "Handayani".
Tiba di BRSAMPK "Handayani," delegasi NCTV langsung disambut oleh Kepala Balai, Neneng Heryani serta penampilan tari Tor-tor yang dibawakan oleh Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Adapun Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andhika Chrisnayudhanto beserta Direktur Kerja Sama Bilateral, Direktur Perangkat Hukum, dan Direktur Deradikalisasi turut hadir mendampingi delegasi NCTV.
Kegiatan kunjungan diawali dengan pemaparan oleh Kepala BRSAMPK "Handayani" yang menjelaskan tentang hal apa saja yang telah dilakukan selama tiga tahun memberikan rehabilitasi sosial kepada orang-orang terpapar radikalisme. “Sejak 2016, kami telah melakukan rehabilitasi kepada 244 orang terpapar radikalisme. Mereka terdiri dari returnee, deportan, dan juga penangkapan domestik,” jelas Neneng.
“Program yang kami lakukan merujuk pada pendekatan pekerjaan sosial dimana setidaknya ada lebih dari lima tahap, dimana kami sangat menekankan pentingnya reintegrasi ke masyarakat,” lanjut Neneng.
Pemaparan dilanjutkan dengan diskusi, dimana Kepala NCTV, Pieter-Jaap Aalbersberg, mengajukan setidaknya delapan pertanyaan dalam diskusi ini. Pieter lebih banyak menekankan tantangan dan kesulitan apa yang dihadapi dalam proses rehabilitasi.
Sebelum mengakhiri sesi diskusi, Pieter menyampaikan apresiasi kepada BRSAMPK "Handayani" atas apa yang telah dilakukan.
“Hal ini sangat berkesan. Apa yang anda jelaskan tadi (paparan) sangat menarik, terutama pendekatan yang anda lakukan yaitu soft approach. Saya juga melihat bahwa anda sangat melibatkan diri dalam program ini, itu adalah hal yang penting dan sangat bagus,” kata Pieter.
Setelah sesi diskusi, para delegasi mengunjungi shelter RPSA yang merupakan fasilitas bagi orang terpapar radikalisme. Selanjutnya rombongan mengunjungi sekolah dan berinteraksi langsung dengan anak-anak yang sedang belajar di kelas.
Kunjungan ini berakhir di gedung minat dan bakat. Rombongan berkesempatan melihat Laboratorium Terapi Psikososial yang merupakan artefak dari Progres 5.0. Di ruangan ini, Pieter juga mengadakan diskusi kecil dengan anak-anak dari insiden Surabaya. Ia juga menanyai satu persatu cita-cita dari anak-anak tersebut.
09/10/2019