TABANAN (15 Oktober 2019) - Apa yang tidak ada di Bali? Pantai Kuta, Tanah Lot, pusat kuliner, surga belanja, apa saja ada di Bali. Mau santai sejenak di kafe? Tentu saja ada ribuan kafe di Bali.
Tapi anda perlu menyempatkan mampir ke kafe satu ini bila berada di Bali yaitu Artne Coffee. Kafe yang terletak di Tabanan, Bali, ini boleh dibilang berbeda dengan kafe kebanyakan. Artne Coffee sepenuhnya dikelola oleh penyandang disabilitas sensosrik netra di bawah binaan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra Mahatmiya milik Kementerian Sosial RI.
Meski dengan keterbatasan, para penyandang disabilitas sensosrik netra di kafe ini, tidak kalah terampil memberikan pelayanan prima. Menu kafe ini cukup beragam, seperti kopi americano, kopi latte, dan kopi espresso. Kopi yang digunakan kopi dari petani asli Pupuan, Tabanan dan Kintamani, Bangli.
Sementara untuk teman pendamping di saat ngopi ada berbagai camilan yang dibuat, mulai dari singkong goreng, pisang goreng, ote-ote, roti perancis serta sandwich. Semua ini bisa diramu para awak kafe dengan sangat baik.
Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) "Mahatmiya" I Ketut Supena menyampaikan bahwa, kepiawaian para penyandang disabilitas sensosrik netra, tidak lepas dari pelatihan yang diasah di balai.
“Karena mereka di sini (Mahatmiya) semua dilatih, mulai dari membuat kopi, melayani, dan memberikan penjelasan kepada para penikmat kopi,” kata Supena. Artne Coffee sengaja didirikan untuk mengembangkan kemampuan bagi para disabilitas sensorik netra agar nantinya ketika lulus dari balai Mahatmiya bisa menciptakan peluang usaha sendiri.
Tidak heran kafe ini rame pengunjung. Didirikan sejak tahun 2017, pelanggan datang dari berbagai kalangan dan komunitas. “Anak-anak sangat antusias mereka belajar melayani meski dalam keterbatasan,” kata Supena.
Kafe ini juga istimewa. Sebab, kopi yang dihidangkan di sini tidak dipatok harga. Ini tidak lepas dari slogan Artne Coffee yaitu “minum kopi sepuasnya, bayar kopi seikhlasnya”.
Pada dasarnya Artne Coffee dibuat bukan untuk meraup keuntungan, namun lebih ke bagaimana mengasah keterampilan siswa atau mengembangkan kemampuan siswa. Supaya saat lulus dari Mahatmiya, kata Supena, bisa langsung mendirikan usaha dan menjadi pencipta lapangan kerja.
“Karena kami di sini tidak memfokuskan mereka jualan, tetapi lebih ke pengembangan kemampuan. Dengan harapan ketika lulus belajar selama enam bulan di Mahatmiya bisa menciptakan peluang usaha,” katanya. Dengan berbagai keistimewaan tersebut, Artne Coffee mampu bersaing dengan kafe lainnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Aksesibilitas Sosial Sonny W Manalu disaat menghadiri kegiatan Disemininasi Kehumasan sebagai narasumber di Balai Mahatmiya menyempatkan berkunjung ke Artne Coffee untuk mencicipi kopi buatan penyandang disabilitas sensorik Netra.
“Kopi ini sangat enak dan perlu dikembangkan dalam pengelolaannya. Harganya pun terjangkau bahkan se-khlasnya untuk membayar satu cangkir kopi. Usaha ekonomi ini bisa membantu meningkatkan perekonomian bagi penyandang disabilitas sensorik netra,” kata Sonny.
Jadi, pengelolanya penyandang disabilitas, sajiannya enak, pelayannya prima, dan ini nih, bayarnya seikhlasnya. Artne Coffee menyajikan jutaan keistimewaan.
Berkunjung ke Bali? Mampirlah ke Artne Coffee.