Program Keluarga Harapan (PKH) telah banyak membantu Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) dari seluruh Indonesia keluar dari jerat kemiskinan. Bahkan, tak
jarang, KPM tersebut berhasil membangun usaha mandiri sehingga memutuskan graduasi
atau mundur dari kepesertaan PKH. Salah satunya, Sawatia, KPM asal Kabupaten
Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara.
“PKH telah
membantu meningkatkan perekonomian keluarga saya dan mengantarkan kami menuju
Graduasi Sejahtera Berdikari,” ujar Sawatia dalam keterangannya melalui
percakapan langsung dengan Pendamping PKH Kecamatan Mowewe, Rianti.
Sawatia
terdaftar sebagai penerima bantuan sosial (bansos) PKH pada 2018 untuk komponen
anak sekolah. Selama menjadi KPM, Sawatia mengaku memanfaatkan bantuan yang
diterimanya dengan sebaik mungkin. Bantuan PKH, kata dia, digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dan untuk menunjang keperluan anak
sekolah. Sementara, sebagian lainnya ia tabung untuk keperluan modal usaha.
Ya, Sawatia
merupakan satu-satunya KPM dampingan Rianti yang menunjukkan adanya keinginan
untuk mandiri. Selama kepesertaan PKH, ia terlihat aktif dan tak pernah
sekalipun melewatkan momen penting pembelajaran Family Development
Session (FDS) atau Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2),
terutama terhadap materi mengenai pembelajaran ‘Modul Pengelolaan Keuangan dan
Perencanaan Usaha’ yang kerap disampaikan oleh Pendamping Sosial PKH dengan
tugas khusus Kabupaten Kolaka Timur, Destian Yudoyoko.
Dari bansos
PKH yang disisihkan untuk modal usaha, ia mulai membangun warung yang
menjajakan makanan dan minuman, mulai dari sup ubi, nasi kuning, kue, sampai
kopi. Dengan tekun, ia menjalankan usahanya, “Saya hanya berbekal doa dan
ikhtiar, dan berpikir tidak ada yang tidak mungkin ketika saya menjalankan
usaha dengan sungguh-sungguh,” ungkap suami dari Sudarlin ini.
Berkat
ketekunannya dalam mengelola usaha, keuntungan dari hasil penjualannya
perlahan-lahan mulai terlihat. Jika dirata-rata, penghasilan per hari ibu satu
anak ini mencapai 200 ribu rupiah dan per bulan bisa mencapai sekitar 6 juta
rupiah. Kondisi tersebut lantas membuat perekonomian keluarga kecil Sawatia
semakin baik dari waktu ke waktu. “Alhamdulillah, meski usaha saya
kecil-kecilan seperti ini, saya hanya berfikir semoga usaha saya bisa jadi
berkah untuk keluarga,” tutur KPM yang beralamat di Kelurahan Horodopi,
Kecamatan Mowewe, Kabupaten Kolaka Timur ini.
Tak tinggal
diam, sejak warung yang ia mulai dengan modal tak seberapa itu mendulang
kesuksesan, kesadaran untuk mengundurkan diri dari kepersertaan PKH muncul
dalam benak Sawatia. Disertai dukungan keluarga sederhananya, ia mantap
berhenti dari PKH dan siap untuk tidak lagi menerima bansos PKH mulai 18
Februari 2020.
Dengan
mundurnya Sawatia, Pendamping Sosial PKH dengan tugas khusus Kabupaten Kolaka
Timur, Destian Yudoyoko, mengharapkan agar PKH tidak lagi hanya membantu KPM
bangkit dari keterpurukan ekonomi, namun juga dapat melahirkan Sawatia-Sawatia
lainnya, baik dari Kabupaten Kolaka Timur, maupun KPM dari seantero Indonesia,
yang termotivasi atau tergerak hatinya untuk berinovasi melakoni wirausaha.
Keinginan
wirausaha itu, disebutnya, dapat didorong melalui pembekalan edukasi secara
terintegrasi dari ‘Modul Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha’, serta
pemanfaatan sistem sumber kegiatan pemberdayaan di lingkungan KPM PKH untuk
mengembangkan usaha dalam FDS/P2K2 yang diprakarsai langsung oleh Pendamping
Sosial PKH dengan penugasan di daerah masing-masing. “Jadi, ke depannya, KPM
tidak lagi hanya dilihat sebagai penerima bansos yang konsumtif semata,” harap
Destian.
KPM PKH,
lanjut dia, harus mampu mengelola bansos dengan baik. “Bahkan, setelah keluar
dari belenggu kemiskinan, mereka juga diharapkan mampu menjadi keluarga yang
mandiri dan sejahtera, unggul serta berdaya saing, seperti halnya Sawatia, yang
sukses dengan usaha warung makan sederhananya,” pungkasnya.