JAKARTA (26 April 2021) – Saat ditanya tentang tahu? Masyarakat langsung menunjuk suatu tempat produksi tahu yang terkenal di Tanah Air, Sumedang.
Makan tahu tambah enak di lidah, jika ditemani cabai rawit, emh maknyus! Namun, sisi lain dari kota tahu ada kisah pejuang wanita tangguh dari desa yang masih belum mendapatkan sinyal gawai, agar bisa keluar dari jerat kemiskinan.
Di bangunan berukuran 4x6 meter, berkumpul dua perempaun berhijab dengan aneka produk di atas tikar yang baru saja digelar, seperti ranginang, rangining, emping, dapros, selimut dan seprai kasur yang ditumpuk secara teratur.
Salah seorang perempuan memamerkan buku catatan yang terlihat rapi kendati ditulis tangan yang merupakan pengurus Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Program KUBE adalah salah satu program dari Kementerian Sosial RI untuk memberdayakan kelompok masyarakat miskin agar bisa mandiri.
Dede Sufini, 46 tahun, adalah ketua KUBE Rahayu 1 dan sudah sembilan tahun mengelola KUBE simpan-pinjam. Pada 2010 awal menerima Rp 30 juta untuk KuBE sapi, tapi dalam perjalanan tidak berjalan baik sehingga beralih ke simpan-pinjam.
“KUBE sapi hanya bertahan dua tahun, karena tak semua anggota bisa nyabit hingga diputuskan jadi simpan-pinjam,” ujar Dede, dengan logat Sunda kental.
Beralih menjadi KUBE simpan-pinjam merupakan keputusan tepat, sebab selama sembilan tahun manfaatnya sudah dirasakan tidak hanya oleh 10 anggota tapi juga 40 non KUBE tak hanya bisa menolong sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan.
“Alhamdulillah bantuan Kemensos bermanfaat sekali dan sembilan tahun terakhir ada perputaran Rp 70 juta dan jumlah itu besar bagi kami di desa,” ungkap Dede.
Ada Rp 20 juta keuntungan dibagi akhir tahun kepada setiap anggota KUBE, tapi tidak dibagikan berupa uang tunai melainkan dalam barang-barang rumah tangga.
“Iya, seneng sekali anggota di akhir tahun bisa dapat keuntungan berupa gelas, piring, selimut, seprai kasur dan barang-barang rumah tangga lainnya,” ucapnya.
Saat ini KUBE Rahayu 1 tidak lantas berpuas diri, melainkan terus mengembangkan usaha salah satunya dengan memproduksi camilan ringan produksi rumahan yang telah dijual ke Kota Bandung dan sekitarnya.
“Mengembangkan usaha dengan memproduksi usaha camilan seperti ranginang, rangining, emping dan dapros yang dijual ke Kota Bandung dan sebelum Covid-19 mampu jual satu mobil bak terbuka sebanyak 6 kuintal dalam sepekan,” katanya.
Ke depan, pengembangan usaha akan membuat warung kelontong KUBE di pinggir jalan agar lebih strategis tempatnya dan mudah dijangkau dari arah mana saja.
“KUBE Rahayu 1 terus berkembang, tidak hanya simpan-pinjam dan memproduksi camilan. Ke depan ada prospek membuat warung kelontong guna memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat sekitar,” tandas Dede.
Selama Sembilan tahun, bukan perkara mudah untuk mengelola dan membawa KUBE Rahayu 1 agar bisa bertahan, tidak hanya jatuh bangun tapi membutuhkan kesabaran.
“Saya selalu menekankan pada anggota, KUBE itu milik bersama yang harus dijaga Bersama, juga pengurus harus jujur dan transparan mengelolanya,” terang Dede.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI