Atas Sentuhan Keibuan Mensos, Tati Si Manusia Silver Kini Terima Layanan Sosial
JAKARTA (29 Maret 2021) - Menteri Sosial, Tri Rismaharini mendapati seorang
perempuan yang tengah tidur di pinggir jalan kawasan Petojo, Jakarta Pusat
(26/03). Dengan sifat keibuan dan kelembutan Mensos, Tati bersedia menerima
layanan di balai milik Kementerian Sosial. Tak berselang lama saat dijumpai,
perempuan 34 tahun itu, dibawa ke Balai Karya "Mulya Jaya" Jakarta
oleh Tim Reaksi Cepat Kementerian Sosial.
Diterima
oleh Koordinator Seksi Asesmen dan Advokasi Sosial, Agung Santoso, Tati
langsung menjalani registrasi dan asesmen oleh Pekerja Sosial.
Dengan
tujuh bersaudara dan menjadi anak bungsu, Tati merupakan anak yang paling
disayangi oleh orang tuanya. Mereka pernah tinggal di salah satu tanah milik
PT. Kereta Api Indonesia dibilangan Jakarta Barat. Namun nahas karena rumah
mereka mengalami kebakaran dan ibunya meninggal, satu per satu anggota
keluarganya berpindah tempat tinggal. Mereka ada yang di jalan, menjadi
pemulung, dan ada juga yang menumpang tinggal di tanah milik orang lain.
Merasa
kehilangan ditinggal ibu ditambah terlebih ditinggal tanpa kejelasan oleh
suaminya, Tati lebih banyak bergaul di jalan dengan komunitas jalanan. Surat-
surat legalitas sepertiĀ KTP, Kartu Keluarga, dan kartu BPJS kesehatan,
hilang saat ia menempati pinggiran Kali Cideng Jakarta Pusat.
Selain
itu, nampak mata sebelah kiri Tati bermasalah. Perempuan berpenampilan maskulin
ini mengeluh matanya sakit sejak dua bulan lalu. "Sejak dua bulan lalu May
sudah sakit," kata perempuan yang sehari-hair menjadi manusia silver
(29/03).
Kemudian
Pekerja Sosial, Dwi Ana Sofianti merekomendasikan agar Tati segera mendapatkan
layanan kesehatan karena dikhawatirkan akan semakin parah jika terus dibiarkan.
Pukul
10.00 WIB, Dwi Ana bersama perawat Balai Karya "Mulya Jaya", Ihda
Ulfia membawa Tati ke Poli Mata Rumah Sakit Harapan Bunda.
"Berdasarkan
analisa dokter terdapat infeksi pada bola mata Tati yang diakibatkan oleh
cairan kimia yang tidak sengaja masuk ke mata dari cat silver yang setiap hari
menutupi seluruh tubuhnya," kata Ihda.
"Saran
dokter, mata Tati harus segera diangkatĀ melalui operasi agar tidak
menyebar dan membahayakan kesehatannya Bu," Ihda menambahkan.
Setelah
dari Rumah Sakit, Dwi Anna beserta tim melanjutkan tracing keluarga Tati yang
tinggal di pinggiran kali dekat gedung Kementerian Agama. Bertemu dengan kakak
Tati, Yuni sangat kaget melihat adiknya diberikan perhatian oleh Kementerian
Sosial.
"Saya
berterimakasih kepada Kementerian sosial melalui Balai Mulya Jaya karena telah
membantu adik saya untuk bisa dioperasi. Saya tidak punya uang untuk membayar
operasinya sementara anak saya banyak masih kecil-kecil. Saya siap untuk
mendampingi adik saya bila dibutuhkan," ujar Yuni lirih berlinang air
mata.
Selanjutnya
tim bergerak ke rumah ketua RT di Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah,
Jakarta Barat dimana Tati pernah tinggal guna mencari data diri dan surat
penting lainnya.
Bertemu
dengan Abdul Jamil selaku ketua RT, ia mengungkapkan bahwa Tati sudah dianggap
seperti keluarganya sendiri.
"Tati
ini sudah seperti anak saya sendiri, saya berharap setelah ini Tati bisa
berubah agar hidupnya lebih teratur. Terimakasih Kementerian Sosial sudah
sangat membantu," ungkap Abdul Jamil.
Dilokasi
tersebut pun Tati bertemu dengan kakak perempuannya Erni dan kakak laki-lakinya
Sapi'i.
"Kami
selalu berdoa agar adik saya ada yang membantu untuk operasi mata dan bisa
berubah pola hidupnya mungkin ini jawaban Allah," kata Erni.
Pertemuan
keluarga ini membuat Tati begitu senang yang selama ini tidak pernah bertemu
karena kondisi mereka yang serba dalam kesulitan. Melalui pertemuan ini, Tati
menjadi lebih kuat dan lebih bersemangat untuk menata kembali kehidupannya
karena dukungan dari keluarganya.
Untuk penanganan lebih lanjut, selain mendapatkan layanan di Balai, Balai Karya "Mulya Jaya juga akan mengupayakan penyembuhan mata Tati yang harus segela menjalani operasi.