Jakarta - Kementerian Sosial menunjukkan keseriusannya dalam memperhatikan para penyandang disabilitas di Indonesia. Komitmen itu terlihat dengan diusungnya nilai “Setara Berkarya” yang dikemas secara apik melalui penyelenggaraan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024.
“Kami melaunching tagline Setara Berkarya. Kemarin kita bisa melihat kolaborasi teman-teman disabilitas dan nondisabilitas dikemas dengan baik dalam sebuah penampilan orkestra dan ternyata banyak yang melebihi dari kemampuan teman-teman nondisabilitas,” kata Sekretaris Jenderal Kemensos, Robben Rico saat mewakili Menteri Sosial Saifullah Yusuf dalam acara Festival Setara dan Berdaya di Kantor Media Indonesia, Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Dalam kesempatan itu, Robben mengatakan dengan menampilkan kolaborasi di antara penyandang disabilitas dan nondisabilitas, nilai kesetaraan dalam berkarya dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun yang melihatnya. Hal itu menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang tentunya jika dikolaborasikan satu sama lain maka hasilnya akan saling melengkapi.
Selain dalam bentuk acara seperti penyelenggaraan HDI 2024 tersebut, Kemensos juga berkomitmen mewujudkan kesetaraan bagi penyandang disabilitas dengan memastikan data terhimpun secara akurat sehingga program-program yang diberikan tepat sasaran.
“Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016, kita bersepakat mendata para disabilitas untuk mengakomodasi program-program Kemensos kepada mereka, sebagai bentuk kesetaraan,” ucap Robben.
Menurutnya, ketika program-program yang dimiliki oleh Kemensos juga dapat diakses dengan mudah oleh penyandang disabilitas, maka hal itu merupakan wujud dari kesetaraan. Kemudahan aksesibilitas penyandang disabilitas terhadap program menjadi ukuran bagi ketepatan sasaran suatu program.
Selain itu, Kemensos juga berkomitmen dalam mendorong terciptanya lingkungan pekerjaan yang inklusif bagi penyandang disabilitas.
“Kesetaraan yang kami ingin wujudkan adalah agar pihak pemerintahan, BUMN, BUMD untuk bisa memfasilitasi 2 persen dari kapasitas pegawainya untuk disabilitas, dan swasta bisa mengakomodasi 1 persen. Itu yang kita dorong,” kata Robben.
Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Media Group, Mohammad Mirdal Akib yang mengatakan bahwa wujud dari kesetaraan itu dilihat dari seberapa besar seseorang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan di sekitarnya.
“Baik disabilitas maupun nondisabilitas sebenarnya paling pas dilihat dari kebermanfaatannya, jika kita tidak bisa memberikan kebermanfaatan, mungkin kita lah yang disable,” ucap Mirdal.
Salah satu Komisioner Komisi Nasional Disabilitas, Rahmita Maun Harahap yang juga hadir pada kesempatan itu mengatakan, momen-momen seperti ini sangat penting untuk menciptakan masa depan yang inklusif dan berkelanjutan bagi penyandang disabilitas.
“Bukan hanya memberi ruang, tetapi terkait kesetaraan bahwa setiap individu memiliki kesetaraan yang sama,” Kata Rahmita.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno menyebutkan seluruh elemen masyarakat juga harus berkolaborasi guna mewujudkan nilai kesetaraan bagi penyandang disabilitas.
“Kepedulian ini bukan hanya kepedulian pemerintah, tetapi kepedulian semua. Kesetaraan adalah puncak sisi kemanusiaan kita,” kata Pratikno. (*)