LUMAJANG (11 Desember 2021) – Saat matahari tepat di atas kepala di tenda berukuran 10x 5 meter dengan atap bertuliskan "Kemensos" tampak ramai dihiasi balon warna-warni, mirip perlombaan seperti 17 Agustusan.
Tenda besar itu adalah tempat anak-anak dan masyarakat korban terdampak bencana erupsi Gunung Semeru relaksasi sejenak dari beban hidup dengan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) dari Kementerian Sosial.
Lapangan Tirtosari Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro berdiri tenda-tenda dari para relawan kemanusiaan yang difungsikan sebagai tempat para pengungsi bagi korban erupsi menerima berbagai layanan sosial.
Di papan white board di kanan tenda tertulis update data lapangan Desa Pananggal 11 Desember 2021, pukul 06-18 WIB. Pengungsi dewasa laki 59 wanita 52 (111); anak-anak laki 17 wanita 26 (43); balita laki 4 wanita 2 (6); ibu hamil 2; lanasia 10 laki 9 wanita (19); disabilitas laki 2.
Tak bisa dipungkiri pengungsi anak-anak dan dewasa mengalami trauma berat pasca bencana, seperti yang dialami oleh Aurel dan Kaila—anak kelas TK B—saat disapa oleh Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Saat sebelum tiba Mensos, pendongeng dari komunitas dongeng sudah bercerita dengan seru bagi anak-anak, namun tak bisa dipungkiri wajah datar dan tatapan kosong masih terlihat di antara anak-anak itu.
Dalam sekejap suasana mencair dan anak-anak gembira melupakan kesedihan mendalam dan lagu, di sini senang di sana senang la..la…Kendati di antara harus menerima kenyataan menjadi yatim dan yatim piatu yang tak pernah bermimpi seujung rambut pun.
Dengan penuh kasih sayang, Mensos pun mengajak bermain, membagikan mainan dan alat tulis kepada anak-anak. Bahkan, mengajak bermain kereta keretaan mengelilingi tenda besar tempat acara berlangsung.
"Kalian jangan sedih. Siapa yang mau ikut main kereta-keretaan? Saya bu, saya bu,” jawab anak-anak. “Nanti dikasih hadiah ya," ujar Mensos.
Sosok Mensos Risma yang dikenal tegas itu tidak kuasa menitikan air mata dan menyeka dengan tisu saat menyerahkan santunan bagi 17 ahli waris dari 22 korban jiwa dengan total santunan sebesar Rp 330.000.000.
Bergetar Mensos meminta Alan untuk memeluk ibunya dan suasana seketika hening. Alan, bocah SD harus kehilangan ayah yang dicintainya dan sejak Mensos tiba ia tampak muram seperti langit yang mulai mendung.
Mensos Risma mengarahkan wajahnya kepada anak-anak dan berpesan agar belajar ikhlas, berusaha bangkit dan tidak terus meratapi kepergian orang-orang yang dicintainya.
“Anak-anak yang Ibu sayangi, agar giat belajar untuk tercapai cita-cita dan terus semangat ya," pinta Mensos dengan mata, masih memerah.
Sudah sejak awal bencana terjadi, pekerja sosial Kemensos memberikan layanan dukungan psikososial bagi anak-anak dan para pengungsi, sebab masih ada anak yang ketika bermain masih saja menyendiri bahkan ada warga yang ketika melihat awan mendung langsung histeris ketakutan.
Bantuan permakanan dan logistik sudah cukup, tapi pendampingan psikologi masih dibutuhkan karena kehilangan harta masih bisa dicari, tapi kehilangan orang-orang yang dicintai perlu waktu untuk bisa menerimanya.
Tenda besar itu adalah tempat anak-anak dan masyarakat korban terdampak bencana erupsi Gunung Semeru relaksasi sejenak dari beban hidup dengan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) dari Kementerian Sosial.
Lapangan Tirtosari Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro berdiri tenda-tenda dari para relawan kemanusiaan yang difungsikan sebagai tempat para pengungsi bagi korban erupsi menerima berbagai layanan sosial.
Di papan white board di kanan tenda tertulis update data lapangan Desa Pananggal 11 Desember 2021, pukul 06-18 WIB. Pengungsi dewasa laki 59 wanita 52 (111); anak-anak laki 17 wanita 26 (43); balita laki 4 wanita 2 (6); ibu hamil 2; lanasia 10 laki 9 wanita (19); disabilitas laki 2.
Tak bisa dipungkiri pengungsi anak-anak dan dewasa mengalami trauma berat pasca bencana, seperti yang dialami oleh Aurel dan Kaila—anak kelas TK B—saat disapa oleh Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Saat sebelum tiba Mensos, pendongeng dari komunitas dongeng sudah bercerita dengan seru bagi anak-anak, namun tak bisa dipungkiri wajah datar dan tatapan kosong masih terlihat di antara anak-anak itu.
Dalam sekejap suasana mencair dan anak-anak gembira melupakan kesedihan mendalam dan lagu, di sini senang di sana senang la..la…Kendati di antara harus menerima kenyataan menjadi yatim dan yatim piatu yang tak pernah bermimpi seujung rambut pun.
Dengan penuh kasih sayang, Mensos pun mengajak bermain, membagikan mainan dan alat tulis kepada anak-anak. Bahkan, mengajak bermain kereta keretaan mengelilingi tenda besar tempat acara berlangsung.
"Kalian jangan sedih. Siapa yang mau ikut main kereta-keretaan? Saya bu, saya bu,” jawab anak-anak. “Nanti dikasih hadiah ya," ujar Mensos.
Sosok Mensos Risma yang dikenal tegas itu tidak kuasa menitikan air mata dan menyeka dengan tisu saat menyerahkan santunan bagi 17 ahli waris dari 22 korban jiwa dengan total santunan sebesar Rp 330.000.000.
Bergetar Mensos meminta Alan untuk memeluk ibunya dan suasana seketika hening. Alan, bocah SD harus kehilangan ayah yang dicintainya dan sejak Mensos tiba ia tampak muram seperti langit yang mulai mendung.
Mensos Risma mengarahkan wajahnya kepada anak-anak dan berpesan agar belajar ikhlas, berusaha bangkit dan tidak terus meratapi kepergian orang-orang yang dicintainya.
“Anak-anak yang Ibu sayangi, agar giat belajar untuk tercapai cita-cita dan terus semangat ya," pinta Mensos dengan mata, masih memerah.
Sudah sejak awal bencana terjadi, pekerja sosial Kemensos memberikan layanan dukungan psikososial bagi anak-anak dan para pengungsi, sebab masih ada anak yang ketika bermain masih saja menyendiri bahkan ada warga yang ketika melihat awan mendung langsung histeris ketakutan.
Bantuan permakanan dan logistik sudah cukup, tapi pendampingan psikologi masih dibutuhkan karena kehilangan harta masih bisa dicari, tapi kehilangan orang-orang yang dicintai perlu waktu untuk bisa menerimanya.