SEOUL (2 Juni 2023) - Sebanyak tujuh petugas Kementerian Sosial mendapatkan kesempatan menimba pengalaman layanan sosial di Korea Selatan. Di negeri ginseng ini, telah dibangun sistem dan fasilitas pendukung pengembangan SDM Pekerja Sosial.
Dalam kunjungan observasi ke kantor Korean Association of Social Worker atau Lembaga Asosiasi Pekerja Sosial, delegasi Indonesia mendapat penjelasan bagaimana sistem pengembangan kapasitas SDM Pekerja Sosial. Di Korea, terdapat sebanyak 1,4 juta Pekerja Sosial yang terakreditasi.
“Setiap tahun sekitar 80 ribu orang mengikuti tes uji kompetensi. Eksistensi Pekerja Sosial di Korea cukup baik dan dikenal masyarakat. Pekerja Sosial betul-betul diperlukan untuk membantu menangani permasalahan sosial,” kata Ketua Lembaga Asosiasi Pekerja Sosial Shin Young Joo.
Kunjungan ini merupakan rangkaian dari program pengembangan kapasitas Pekerja Sosial asal Indonesia di Korea Selatan, atas undangan Korea International Cooperation Agency (KOICA), dengan tema “Enhanching Social Rehabilitation Support for the Vulnerable Youth in Indonesia”. Program ini difasilitatori oleh beberapa lembaga pelatihan internasional Korea, seperti World Vision Korea, Korea Institute for Development Strategy (KDS), dan Rebach International.
Program ini diikuti tujuh petugas Kementerian Sosial dan delapan petugas Dinas Sosial DKI Jakarta. Agenda observasi merupakan sesi akhir dari kunjungan di Korea. Para petugas asal Indonesia akan menyusun action paper (kerangka kerja) yang akan diimplementasikan di tanah air.
Pada hari keempat (25/04), selain bertemu dengan jajaran Lembaga Asosiasi Pekerja Sosial, delegasi Indonesia juga melakukan observasi ke Gyeonggido Job Foundation -- semacam lembaga pelatihan kerja. Lembaga semacam ini tersebar di seluruh provinsi di Korea Selatan.
Fungsi dari lembaga ini adalah untuk memperluas kesempatan para pemuda mengikuti pelatihan pengembangan diri. Kepala Gyeonggido Job Foundation Bagian Selatan I Cin Hye menyatakan, lembaga ini memiliki banyak fasilitas, selain ruang keterampilan, juga pameran small business sebagai ruang untuk berkreatifitas dan mengembangkan diri.
“Kami juga memiliki sebuah ruangan khusus untuk proses marketing menggunakan pendekatan digital, para pemuda bisa menggunakan ruangan tersebut untuk membuat konten pemasaran produk mereka yang dilengkapi dengan alat-alat yang memadai,” kata I Cin Hye.
Lembaga ini juga telah mengirim para pemuda ke beberapa negara seperti Amerika, Australia, Cina dan lainnya untuk mengikuti pelatihan perguruan tinggi yang memiliki pelatihan terkait. Setelahnya akan dilakukan mentorship dan dukungan pencarian kerja seperti pemberian bantuan persiapan wawancara kerja, misalnya untuk membantu para pencari kerja membeli pakaian yang diperlukan, untuk biaya transportasi, atau untuk membuka usaha sendiri.
Esoknya (26/05), seluruh delegasi melakukan kunjungan observasi dan sesi tanya jawab ke Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan di Sejong. Di sini, delegasi bertemu dengan Kepala Perlindungan Hak Anak Kim A Reum dan kemudian membahas dan berdiskusi mengenai program-program anak.
“Kami memiliki program fasilitas atau residensial bagi anak-anak, serta foster dan adopsi,” kata Kim. Menurut Kim, seluruh program yang diusung kementerian merupakan salah satu upaya untuk mempersiapkan kemandirian kehidupan anak di masa yang akan datang.
Delegasi melanjutkan kunjungan ke World Vision Korea. Di yayasan kemanusiaan yang bergerak dibidang tanggap darurat, advokasi, dan pengembangan masyarakat itu, delegasi diperkenalkan dengan program dan serta fasilitas yang dimiliki World Vision. Di antaranya, program bagi lansia penyediaan dan antar jemput makanan bagi lansia yang sakit dan hidup sendiri.
Setiap hari, 60 lanjut usia di sekitar memperoleh program ini. Selain itu, World Vision juga memiliki program after school bagi anak-anak dan pendidikan usia dini. Pada Sabtu (27/05), seluruh delegasi mengikuti seminar dan diskusi dengan Profesor Hong di Universitas Sangmyung. Selain wawasan para delegasi terkait pemenuhan hak pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial, Prof. Hong juga membantu delegasi membuat action paper.
Esoknya (28/05), para delegasi diperkenalkan dengan beberapa sejarah dari Korea. Penggunaan baju tradisional Hanbok, sejarah mengenai kerajaan, serta pengenalan lingkungan masyarakat di Korea.
Senin (29/05), seluruh rangkaian pelatihan ini ditutup dengan pembuatan action paper oleh masing-masing delegasi, serta wrap up session diskusi akhir dengan Prof. Hong dan seluruh penyelenggara kegiatan. Prof. Hong yang sekaligus Program Manager KOICA juga menutup kegiatan bersama dengan CEO Re;bach International, Park Yeong Jun, Manager Tim Domestik World Vision, Kim Kwang Mu, dan Manager Korea Institute for Development Strategy (KDS), Kim Hye Jin.
Kepala Kelompok Sub-Kerja Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial DKI Jakarta Dahrul Oktavian menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa haru. Menurutnya, selama menjalani pelatihan di Korea, merupakan kesempatan besar yang menginspirasi dan sangat mendukung program kesejahteraan sosial di Indonesia.