Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang mewabah di seluruh dunia termasuk Indonesia telah membawa dampak di berbagai bidang bukan hanya merupakan krisis kesehatan, namun juga krisis di bidang kemanusiaan, ekonomi dan sosial. Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang telah diklasifikasikan sebagai pandemi oleh WHO menyerang masyarakat hingga ke seluruh aspeknya. Dampak pandemi COVID-19 dirasakan oleh seluruh segmen populasi, khususnya kelompok masyarakat yang rentan. Bukti awal menunjukkan bahwa dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi ini dirasakan lebih besar oleh masyarakat miskin.

Sebagaimana arahan Menteri Sosial, Juliari P. Batubara, Karang Taruna sebagai salah satu Pilar-Pilar Sosial terus melakukan berbagai upaya untuk membantu pencegahan dan penanganan COVID-19 di masyarakat diantaranya dengan melakukan sosialisasi dan edukasi, penyemprotan desinfektan, pembagian masker, serta membantu penyaluran bantuan sosial dari berbagai pihak.

Akan tetapi, kiprah Karang Taruna tidak hanya fokus pada kegiatan untuk menangani masalah pandemi COVID-19 saat ini, tetapi juga melakukan antisipasi berupa ketahanan pangan. COVID-19 telah menyebabkan sebagian warga masyarakat kesulitan mendapatkan bahan pangan bergizi, sementara gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas. Bantuan sosial tentu tidak selalu tersedia dan tidak untuk jangka panjang. Oleh karena itu penting untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat, dimulai dari rumah.

Sebagian Karang Taruna telah memulai upaya ketahanan pangan ini sejak sebelum wabah COVID-19 melanda. Karang Taruna Kampung Empat Kota Tarakan, Kalimantan Utara, misalnya, menjalankan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) sayuran organik. “Metode hidroponik sistem NFT dipilih karena kondisi tanah di sini kurang baik untuk sayur dan cuaca juga ekstrim panas,” ujar Sugeng Widarno, Ketua Karang Taruna Kampung Empat.

Di masa pandemi ini, sayuran produksi Karang Taruna Kampung Empat sangat membantu karena dijual kepada masyarakat dengan harga sangat murah, hanya Rp. 5000/paket isi 3 ikat sayur. Bandingkan dengan harga sayuran organik hidroponik di supermarket dekat rumah Anda. Harga murah itu bisa diperoleh karena Karang Taruna Kampung Empat memanfaatkan berbagai barang bekas dalam kebun hidroponiknya.

Untuk mengedukasi masyarakat, Karang Taruna ini memanfaatkan pekarangan rumah yang terletak di Jalan Sei Berantas RT 01 menjadi demonstration plot (Demplot) dengan berbagai komoditas pangan khususnya sayuran. Demplot Ini juga sebagai tempat pembelajaran, sehingga hal-hal tersebut dapat menarik minat masyarakat agar tertarik melakukan hal serupa.

Dengan demikian, Karang Taruna memotivasi masyarakat agar lebih produktif. Tak hanya manfaat itu, Karang Taruna Kampung Empat juga menyuplai sayuran segar untuk tim medis di RS setempat demi mengapresiasi kerja keras tim tersebut melawan COVID-19 di lingkungan mereka.

UEP Pangan juga dijalankan oleh Karang Taruna Kecamatan Cibinong. Sudah dua tahun belakangan ini mereka menerapkan budidaya ledamber (lele dalam ember) yang dipadukan dengan aquaponik kangkung dan pakcoy. Di masa pandemi ini, ledamber menjadi salah satu alternatif yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam skala rumah tangga. Modalnya sangat murah, perawatannya sangat mudah, dan hasilnya bukan hanya bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga tetapi juga bisa dijual untuk menambah pemasukan ekonomi keluarga.

Karang Taruna Kecamatan Cibinong terbuka terhadap siapapun yang berniat untuk belajar atau memulai usaha ledamber ini. Selain ledamber, Karang Taruna ini juga memiliki bioflok yang digunakan untuk budidaya lele, nila, patin, dan bawal. Prospeknya cerah, banyak pembeli skala besar menanti. Tapi tidak hanya sisi komersil yang ditonjolkan di sini, sebagaimana dinyatakan oleh penanggung jawab kegiatan yaitu Dian Asmara, “Saya tidak mau seluruh ikan ini diborong. Saya harus menyediakan stok pangan juga untuk masyarakat. Siapapun yang butuh ikan untuk lauk di rumah silahkan datang, membeli cukup dengan harga modal.” Beberapa bioflok juga disediakan untuk warga masyarakat yang ingin belajar dan praktik langsung budidaya ikan.

Kegiatan ekonomi untuk menunjang ketahanan pangan masyarakat juga dilakukan oleh Karang Taruna Kecamatan Setiabudi. Mereka memilih cara yang lebih simple sebagai penjual. Bekerja sama dengan peternak, mereka menjual ayam seharga Rp. 23000/ekor dengan berat sekitar 1 kg. Di saat yang sama, harga ayam seberat itu di pasaran masih dengan kisaran Rp. 30.000/ekor. Karang Taruna wilayah lain pun dipersilahkan memesan untuk warga di lingkungan mereka.

Karang Taruna lain menggiatkan ketahanan pangan dengan langsung menerapkan di masyarakat, mulai dari nol. Mereka mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menanam sayur sendiri di halaman rumah, kemudian membagikan benih dan media tanamnya. Salah satunya adalah Karang Taruna Kel. Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya di bawah pimpinan Cak Robby. Sebelumnya mereka menggunakan vertikultur namun kemudian beralih ke polybag karena lebih murah dan hasil produksinya lebih bagus. Tanaman kangkung dipilih untuk percobaan pertama karena sudah bisa dipanen dalam waktu 14 hari saja sehingga diharapkan bisa memotivasi masyarakat untuk menanam sayur lagi secara berkelanjutan.

Karang Taruna Mekar Pandega Desa Gari, Kecamatan Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta juga melakukan kegiatan serupa. Secara lebih masif, mereka menggalakkan kegiatan menanam sayuran melalui Festival Pangan Desa dengan tema “Omahku Lumbung Panganku (rumahku lumbung panganku)”. Karang Taruna ini bekerja sama dengan Pemerintah Desa Gari menggiatkan Gerakan Ketahanan Pangan Desa dengan semboyan “Nandur apa sik dipangan, mangan apa sik ditandur (menanam apa yang dimakan, dan makan apa yang ditanam)”.

Ketua Karang Taruna Mekar Pandega, Septian Nurmansah menjelaskan, “Kegiatan ini adalah sebagai inisiasi bersama dalam mengupayakan penanaman dan pemanfaatan hasil tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus mengasah kepekaan bersama. Mereka menyalurkan benih bayam cabut dan kacang panjang, bibit terong, cabai, dan tomat, berikut media tanamnya kepada 1900 KK di Desa Gari.

Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian dari kiprah Karang Taruna dalam upaya memperkuat ketahanan pangan masyarakat Indonesia. Dalan situasi sulit semacam ini, makin nyata terlihat bagaimana Karang Taruna tidak menyerah dan justru makin bersemangat berpikir dan bertindak untuk memberdayakan masyarakat. Melalui kegiatan ketahanan pangan, masyarakat tidak hanya didorong untuk memenuhi kebutuhannya secara lebih mandiri, tetapi juga lebih produktif untuk menambah pendapatan mereka.

Banyak gagasan-gagasan luar biasa yang melatarbelakangi tindakan-tindakan yang mungkin oleh sebagian orang terlihat sederhana. Membagikan benih, mendorong masyarakat melakukan budi daya ikan dan sayuran, menjual hasil produksi dengan harga murah, memberikan sayuran sehat kepada tim medis, mungkin bukan inovasi menakjubkan. Tapi coba kita hitung berapa rupiah yang bisa dihemat oleh masyarakat, terlebih dalam kesulitan ekonomi seperti saat ini dimana nilai uang menjadi lebih berarti.

Selain itu, kondisi tubuh menjadi lebih baik dengan mengonsumsi sayur serta ikan yang bersih dan segar sehingga lebih tahan terhadap penyakit. Lebih dari itu, bukan hanya inovasi menakjubkan yang patut diapresiasi di sini, melainkan bagaimana kegigihan dan konsistensi Karang Taruna berupaya dengan sukarela, sekali lagi dengan sukarela, demi menjaga dan memberdayakan masyarakat bertahan di tengah pandemi.