Kiki Fatmawati, menempuh Pendidikan S1 Biologi di Universitas Negeri Jambi (UNJ). Meskipun ia telah memiliki pengalaman di Community Development yang sering ia ikuti di Kampus, namun menjadi seorang pendamping sosial KAT merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Kiki.

Ketika menginjakkan kaki pertama kali di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kiki merasakan suatu tantangan yang berbeda menjadi seorang pendamping. Jarak yang ditempuh dari rumahnya pun cukup jauh sekitar 4 jam dari Kota Bima dengan menggunakan jalur darat dan laut yang lebih tepatnya melewati selat yang berbatasan dengan Benua Australia. Kondisi perkampungannya pun terlihat banyak semak belukar dan sepi tak berpenghuni seperti tidak ada satupun warga yang terlihat tinggal di lokasi tersebut melainkan hanya hewan ternak seperti sapi yang berkeliaran. Hal tersebut dikarenakan warga sedang berkebun jauh dari lokasi warga KAT selama berbulan-bulan hingga masa panen selesai.

Hal pertama yang Kiki lakukan ketika sampai di lokasi adalah melakukan pendataan jumlah KK dan melakukan koordinasi dengan Kepala Desa dan Pendamping Lokal KAT. Setelah itu, ia melakukan pembagian jadwal untuk kegiatan gotong royong, membuat pagar rumah, dan melakukan sosialisasi tentang kegunaan pekarangan rumah.

Saat melaksanakan tugasnya sebagai pendamping sosial KAT, Kiki sering menemukan kendala, misalnya ada beberapa warga KAT yang meninggalkan rumahnya karena harus merantau ke luar daerah ataupun luar negeri dengan tujuan membantu perekonomian keluarga. Selain itu, adapula warga KAT yang tidak ada keinginan bergotong royong bersama yang lain sehingga menunda pekerjaan pembuatan MCK. Hal itu yang membuat Kiki akhirnya memberikan system reward dengan hadiah yang sederhana seperti peralatan dapur dan bibit tanaman sayur bagi warga yang bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Tak hanya itu, hambatan lain yang Kiki rasakan adalah akses menuju desa lokasinya juga tidak mudah karena selain jauh, kapal boat yang digunakan untuk berkoordinasi dengan dinas terkait hanya beroperasi di hari tertentu saja. Sinyal yang ada di desa pun terkadang tidak stabil sehingga menyulitkannya melakukan koordinasi dengan pihak terkait.

Dari sudut pandang Kiki, ada perbedaan kondisi sebelum dan setelah dilakukannya pemberdayaan bagi warga KAT. Warga yang biasanya hanya menjalankan aktivitas berkebun dan bertani, kini mereka sudah bisa melakukan rutinitas baru seperti membuat kripik pisang dan krupuk dari kulit pisang untuk menambah penghasilan mereka. Rumah yang sebelumnya terlihat memprihatinkan dan jauh dari kata bersih, kini sudah lebih baik dengan adanya tanaman hias dan bibit-bibit sayur di setiap pekarangan rumah warga. Mereka pun juga sudah mengerti akan pentingnya sanitasi, setelah adanya sosialisasi dari Kiki akan pola hidup bersih. Air bersih pun sudah lebih mudah didapatkan karena sudah ada bantuan sarana air bersih dari Pemda setempat, dan tiang listrik sudah mulai masuk di lokasi KAT pada bulan November 2019 lalu.

Kiki sangat bersyukur bisa menjadi bagian dalam menjalankan amanah sebagai pendamping sosial KAT karena ia dapat memperolah banyak ilmu baru di berbagai bidang. Selain itu, Kiki menjadi pribadi yang lebih hati-hati dalam menerapkan segala tindakan yang berhubungan dengan masyarakat, seperti bagaimana meredam emosi warga, dan membuat warga lebih nyaman bisa bekerja sama. Semua tantangan yang dihadapi Kiki akhirnya terbayarkan karena setiap bulannya program berhasil dijalankan satu persatu, yang pastinya tak lepas dari bantuan solidaritas warga dan dinas terkait. Pengalaman ini sangat berkesan bagi saya dimana masyarakat Bima khususnya Suku Mbojo begitu bersahaja dalam menerima saya sebagai orang baru, ujar Kiki.

Kiki merasa bahwa Program Pemberdayaan KAT ini sangat bagus, dimana Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT) memberikan bantuan rumah untuk warga yang membutuhkan. Sebaiknya pembangunan rumah KAT dekat dengan Desa, menghindari pembukaan lahan baru di lokasi yang justru aksesnya lebih jauh dan lebih sulit dijangkau. Kiki juga mengungkapkan pendamping sosial KAT sebaiknya dipertahankan, agar warga merasakan bentuk kehadiran pemerintah melalui pendamping, dan yang terpenting semoga pendamping yang terpilih merupakan orang yang benar-benar memiliki kapasitas dan pengalaman yang memadai agar masyarakat bisa terberdayakan melalui kehadirannya.